"Asyara peduli karena Asya hawatir Gus! Asya sayang sama Gus" Jelas Asya dirinya seakan-akan menjatuhkan harga diri di depan suaminya.
"Kamu hanya buang-buang waktu karena mencintai seseorang yang di hatinya sudah ada perempuan lain!" Ucap Gus Rafa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apa yang lebih sakit di hidup ini, ketika kita bisa memiliki seseorang yang sangat di cintai. Namun hanya raganya saja tidak dengan hatinya.
_Sang perindu bulan_
🌙🌙🌙
"""
"Asya!". Kali ini gus rafa meninggikan suaranya membuat asya melonggarkan pelukan pada gus rafa.
"Gus". Rilih asya seakan ketakutan bahkan tangan nya ikut bergetar.
"Saya masih hidup asya, tetapi seakan-akan mati saat takdir membawamu pada saya! Kamu menghancurkan mimpi saya". Tegas rafa sambil memijat pelipisnya. Asya diam menatap gus rafa seperti orang bingung dengan penuh penyesalan, ternyata karena hal yang tidak di sengaja gus rafa akan sehancur ini.
"Gus". Panggil asya lemah namun rafa tidak menjawab perkataannya, ia memilih meninggalkan asya untuk kembali ke kamar.
"Kapan umma kesini?". Tanda tanya gus rafa saat melihat bubur di atas meja. Ia mengambil bubur itu ke meja lalu memakannya. Dilain tempat asya diam menatap langit-langit malam.
"Asya kuat gak yah?".
"Asya rindu ayah, rindu bunda". Tangis asya pecah kali ini ia benar-benar merindukan orang tuanya.
Diluar sana zahira tidak sengaja melihat hal yang aneh.
"Asya ada di kamar gus rafa?". Tanda tanya zahira dalam hati.
"Ustadzah-ustadzah". Tanya amara saat zahira bengong seakan-akan melihat hal yang aneh. Zahira segera menatap amara "Emm i-ya amara?". Jawab zahira terbata-bata.
"Ustadzah ko bengong sih lagi liatin apaan emangnya?". Tanya amara hendak melirik sesuatu yang zahira sebelumnya liat.
"Enggak papa kok, kita lanjutin bicaranya di ruang asatidz aja yah". Larang zahira segera mengalihkan pembicaraan.
"Ouh yaudah ustadzah kalau gitu". Mereka berdua berjalan meninggalkan halaman dekat luar ndalem.
Kembali pada gus rafa sekarang ia memilih untuk berbaring di kasur. Namun tiba-tiba pikiran nya mengingat asyara.
"Nanti kalau dia kesini tiba-tiba tidur di kasur gimana?".
"Gak gak boleh". Dengan sigap rafa membawa bantal yang tadi malam asya gunakan lalu menyimpannya di sopa kamar. Gus rafa pun kembali terbaring di kasur.