"Asyara peduli karena Asya hawatir Gus! Asya sayang sama Gus" Jelas Asya dirinya seakan-akan menjatuhkan harga diri di depan suaminya.
"Kamu hanya buang-buang waktu karena mencintai seseorang yang di hatinya sudah ada perempuan lain!" Ucap Gus Rafa...
"Pada dasarnya yang bertanggung jawab atas rasa bahagia dan rasa sedihmu adalah dirimu sendiri, jadi berhentilah berekspetasi pada manusia."
"""
(Aku bakalan lanjut kalau udah 2k coment dan 1,50 k vote)
"""
"Apakah Gus menikah tanpa rasa cinta pada Asya?"
Gus Rafa mengangguk, Melihat itu Ustadz Zevan merasa kaget.
"Saya belum bisa mencintai Asya sepenuhnya, tapi Saya juga tidak bisa kehilangan Asya." Ucap Gus Rafa kembali.
"Bukankah itu suatu keegoisan?"
"Tentu ini egois, tapi coba kamu bayangkan seseorang yang selalu menemani kita hampir 7 tahun tapi saat penantian itu tiba semuanya berujung sia-sia, Saya tidak bisa bayangkan akan sesakit apa Zahira. Saya melukai hatinya."
"Kecewa memang, tapi jika Gus tidak melepas Zahira dalam ingatan, Gus sama saja akan menyakiti hati yang baru yaitu Asyara."
Gus Rafa terdiam. Ucapan Ustadz Zevan ternyata benar, Zahira sudah cukup sakit hati untuk ini. Apakah ia akan melukai seseorang yang ia cintai kembali karena masih teringat Zahira. Ia tidak mau kehilangan Asya. Tapi bagaimana ia bisa melupakan Zahira.
"Lambat laun saya juga pasti akan melupakan Zahira dan menerima Asyara."
Mendengar itu Ustadz Zevan menepuk pundak Gus Rafa memberi dukungan. "Semoga masalah ini cepat di selesaikan dan tidak ada orang yang sakit hati lagi."
"Aamin Makasih sudah membantu saya dalam hal apapun." Ucap Gus Rafa, memang mereka berdua selalu bersama sejak kecil, karena kedua orang tua Ustadz Zevan telah meninggal saat usianya menginjak 10 tahun. Jadi Ustadz Zevan di rawat oleh Imran yang merupakan pamannya sendiri.
"Sama-sama, kalau gitu saya akan ke asrama. Emm pasti Asya juga akan menunggu mu di rumah."
Gus Rafa melirik jam ternyata sudah menunjukan 22:30. "Baiklah, Saya juga akan kembali ke ndalem."