40 || Apakah ini sebuah kebahagiaan

18K 1.5K 2K
                                    

Happy reading
🩶

     حتي  لو اعتذر ت الريح ، فيسظل الغصن مكسورا

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

حتي لو اعتذر ت الريح ، فيسظل الغصن مكسورا

"Bahkan seandainya jika angin meminta maaf pun, ranting itu akan tetap patah."

"""

(2K votes dan coment, bisa yu guys biar aku cepet up)

"""

Asya merasa tak enak hati, kenapa ia tidak berpikiran ke sana.  Asya menggeleng sebagai jawaban.

"Kita periksa ke dokter, kamu mau?" Tanya Fael kembali. Ia takut terjadi apa-apa dengan Asya jika tidak bersegera memeriksanya.

Asya mengangguk menyetujui. "Baiklah kita ke dokter sekarang."

Sepanjang jalan Asya hanya diam. Tentu ada rasa campur aduk antara takut dan senang dalam dirinya. Kenapa Asya tidak pernah berpikir ke sana. Bahkan ia sudah telat masa haid hampir satu minggu.

Fael yang menyadari rasa bingung dan ke hawatiran Asya mencoba untuk menenangkannya. "Kamu tidak perlu hawatir, Jika benar Kamu mengandung dan Gus Rafa tidak bersedia. Aku akan menjaga Mu dan Anak yang ada dalam kandungan." Ucap Fael mencoba menenangkan Asya yang terlihat panik. Lagi-lagi Asya merasa tak enak hati dengan ucapan Fael. Ternyata begitu besar rasa cinta Fael terhadap dirinya.

"Ayo kita periksa." Ajak Fael mengalihkan lamunan Asya.

Ia tersenyum lalu segera keluar dari mobil sembari membawa payung, karena hujan nya masih belum reda.  Fael pun membuka pintu untuk Asya.

"Kita jalan pelan-pelan saja yah, Aku takut Kamu kenapa-napa." Ucap Fael

Mereka berdua berjalan ke dalam rumah sakit bersamaan. Setelah mendaftar Fael
Kembali membawa Asya untuk ke ruangan cek kandungan.

"Fael Aku takut." Rilih Asya dengan tangan bergetar. Bagaimana tidak,  ia merasa benar-benar panik. Juga karena Asya mempunyai trauma. Dahulu ia begitu sering ke sini merasakan rasa sakit. Seakan-akan Asya tidak mau itu terjadi pada dirinya.

"Kamu gak perlu takut Ra, ada Aku." Jawab Fael mencoba menenangkan Asya. Mereka berdua pun memberanikan diri memasuki ruangan tersebut.

"Selamat siang Bu Asya." Sapa dokter.

"Siang dok."

Antara Syurga dan KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang