Jidan terbangun karena mendengar suara batuk dari arah kamar ibunya. Anak itu pun mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, lalu ia turun dari tempat tidur dan dengan langkah terseok, Jidan keluar dari kamar menuju kamar ibunya.
Melihat lampu kamar ibunya menyala, Jidan menebak kalau kakak keduanya, Harzan sudah ada di sana. Jidan pun memelankan langkah kakinya menuju kamar sang ibu. Anak itu mengintip ke dalam kamar dan mendapati Harzan duduk di pinggir tempat tidur, sedang membantu ibunya meminum air.
"Bunda yakin nggak mau ke rumah sakit?" tanya Harzan setelah dia meletakkan gelas yang sudah kosong itu di atas meja.
"Untuk apa ke rumah sakit kalo cuma batuk, Zan. Istirahat aja udah cukup" jawab sang ibu membuat Harzan menghela nafas lelah karena sang ibu selalu menolak jika diajak ke rumah sakit.
"Tapi, bunda udah hampir tiga bulan batuk terus, bunda yakin nggak mau periksa ke dokter?" tanya Harzan lagi dengan nada membujuk ibunya.
Ibunya dulu pernah sakit walaupun sekarang sudah tidak se-sakit dulu, tetap saja Harzan merasa was-was.
"Iyaaa, bunda juga baik-baik aja, kok. Cuma batuk ini" ucap sang ibu sambil tersenyum manis ke Harzan.
Harzan yang mendengar hal itu hanya bisa mengalah. Dia pun membantu sang ibu kembali berbaring di tempat tidurnya. Setelah Harzan melihat ibunya memejamkan mata, Harzan pun mematikan lampu lalu menutup pintu kamar sang ibu.
"Loh? Jidan?"
Jidan mendongakkan kepalanya ketika mendengar panggilan dari sang kakak. Jidan sedang berdiri di dekat pintu kamar ibunya, menyandarkan punggungnya di sana sambil memperhatikan ujung kakinya dan mendengarkan semua percakapan Harzan dengan ibu mereka.
"Abang yakin bunda baik-baik aja?" tanya Jidan dengan suara lirih dan terdengar khawatir.
Harzan yang mendengar pertanyaan adiknya itu hanya bisa tertegun. Dia juga sebenarnya tidak yakin kalau ibunya itu baik-baik saja. Namun, dia juga tidak bisa memaksa ibunya untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Hanya kakak pertama mereka, Yusuf, yang bisa membujuk ibu mereka ke rumah sakit.
Harzan pun mengulas sebuah senyum ke Jidan. Dia rangkul adiknya dan mengusap pelan pundak adiknya itu, dia seolah ingin memberikan ketenangan ke Jidan yang pasti sangat khawatir dengan keadaan ibu mereka.
"Bunda baik-baik aja, Dan. Lo nggak usah khawatir" ucap Harzan, dia pun berjalan bersama Jidan menuju kamar Jidan sendiri. Harzan ingin mengantarkan adiknya itu ke kamarnya.
"Bang.."
"Sst, Jidan, cukup percaya kalo bunda baik-baik aja. Kita awasi saja bunda dan memperhatikan kesehatan bunda, mari kita jaga bunda bersama-sama selama Bang Yusuf kerjas keras di negeri orang" ucap Harzan sambil menatap lekat Jidan yang perlahan mengangukkan kepalanya mengerti.
Harzan tersenyum melihat Jidan perlahan mengerti maksud dari ucapannya.
"Dah, sana balik tidur" ucap Harzan.
Membiarkan Jidan menutup pintu kamarnya. Meninggalkan Harzan sendirian, yang hanya bisa menghembuskan nafas lelah.
***
Chanan tertawa bersama teman-temannya yang saat ini sedang asyik menari mengikuti irama musik dari DJ yang bermain malam itu.
Pemuda 20 tahun itu bersama teman-temannya mengikuti sebuah party yang diadakan oleh pihak hotel. Party tersebut diadakan di dekat pantai dan acara puncaknya adalah penampilan dari DJ cantik ini. Kebanyakan para tamu hotel berkumpul di dekat pantai dan menikmati hentakan musik sambil menari atau sambil menegak minuman beralkohol.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Anak Tangga Terakhir
FanfictionBanyak yang mengatakan apartemen sederhana dan kecil ini dikutuk. Rata-rata yang tinggal di sana adalah orang-orang yang memiliki masalah hidup dan pada akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup mereka di unit apartemen mereka. Banyak desas-desus yan...