Chapter 7

385 58 10
                                    

Ketika Chanan membuka pintu unit apartemennya hanya sepi yang menyambutnya.

Dia meletakkan paper bag berisikan ole-ole untuk Rafa. Tidak lupa dia juga membelikan ole-ole untuk para tetangganya.

Chanan duduk di lantai sambil melepas sepatu serta kaus kakinya, setelah itu dia masuk ke dalam tidak lupa membawa dua paper bag tadi dan ia taruh di atas meja.

"Huft, capek banget gue" gumam Chanan sambil memijit pundaknya.

"Nanti aja deh, beres-beresnya" ucap anak itu lagi.

"Atau gue minta tolong Kak Rafa aja ya?"

Chanan pun mengedikkan bahunya. Dia menjulurkan kakinya yang terasa pegal karena selama liburan bersama teman-temannya, dia sempat melakukan hiking di sebuah perbukitan. Itu pertama kalinya Chanan melakukan hiking, sehingga dia merasakan betis dan pahanya seperti ditarik.

Chanan meraih handphone yang ia taruh di atas meja. Lalu, dia melihat jam yang menunjukkan pukul lima sore. Sudah seharusnya sang kakak tiba di apartemen.

Apakah kakaknya akan lembur lagi?

Chanan menelepon Rafa, untuk memastikan apakah kakaknya itu pulang telat atau tidak. Kalau kakaknya pulang telat, dia akan membeli makan malam di luar. Dia kapok menitip makan malam ke Rafa karena kakaknya itu suka sekali pulang larut dan Chanan sudah kelaparan menunggu sang kakak pulang.

Hanya membutuhkan tiga deringan untuk Chanan menunggu panggilannya dijawab oleh Rafa.

Terdengar suara sahut-sahutan klakson di antara pengendara sebagai background, membuat Chanan menghembuskan nafas lega karena ternyata kakaknya sedang dalam perjalanan pulang.

"Halo? Chanan? Udah di mana? Mau kakak jemput?"

"Nggak usah, kak. Gue udah di apartemen. Kakak udah di perjalanan pulang kan?" tanya Chanan sambil meraih tasnya dan ia bawa menuju mesin cuci.

Chanan meletakkan handphonennya itu di atas meja dapur dan menghidupkan loudspeaker supaya bisa mendengar suara kakaknya.

"Iya, ini bentar lagi mau nyampe, kok. Chan mau makan malam apa? Chan mau kakak beliin jajanan nggak?"

Seketika kedua mata Chanan berbinar setelah mendengar ucapan kakaknya.

Sambil memasukkan pakaian kotornya, Chanan menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Mau kaak. Gue titip mochi yaa. Terus kalo makan, maunya ayam geprek, pedasnya level 2 aja, kak" ucap Chanan, dia sekalian memasukkan pakaian kotor milik Rafa. Sebelum itu, Chanan memeriksa saku celana Rafa, siapa tahu ada kertas penting atau uang koin di dalam sana.

"Okee, tungguin kakak yaa."

Setelahnya, panggilan itu pun selesai. Chanan kembali melanjutkan kegiatannya sambil bersenandung karena dia tidak sabar menunggu kakaknya pulang sambil membawa mochi dan ayam geprek kesukaannya.

Chanan mengernyit ketika dia menemukan secarik kertas di dalam saku celana Rafa. Dia pun mengeluarkan kertas itu.

Kertas tersebut dilipat kecil-kecil oleh Rafa sehingga Chanan membukan lipatan kertas itu setelah memasukkan celana kotor kakaknya ke dalam mesin cuci.

Chanan mendengus tidak percaya setelah membaca isi dari kertas tersebut.

Sebuah surat dari ayah mereka yang berisikan bahwa sang ayah akan menikahi istri keduanya.

***

"Apa gue jual diri aja ya, Zan?"

Jauzan nyaris menyembur kopi hitam yang ia minum. Dia melotot ke sepupunya itu.

[FF NCT DREAM] Anak Tangga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang