Chapter 41

280 51 14
                                    

Nevan bersiul senang sambil mengayunkan paper bag berisikan pakaian baru.

Tepat setelah dia mengantar Pak Masykur, dia dimintai tolong oleh Pak Masykur untuk mengantar Lia pergi ke acara arisan yang rutin Lia lakukan. Dan tentu saja, Lia akan mengajaknya pergi terlebih dahulu dan membiarkan Nevan membeli barang apa pun yang Nevan mau.

Nevan dengan semangat memilih pakaian paling bagus dan paling mahal. Dia juga tidak lupa membelikan pakaian baru untuk Jauzan.

"Pasti Jauzan bakalan seneng" kekeh Nevan sambil membayangkan wajah terkejut sepupunya.

Nevan yakin Jauzan pasti senang dan kebingungan karena Nevan membelikannya baju baru dengan harga yang fantastis. Tapi, Nevan sudah menyiapkan jawaban jika nanti Jauzan bertanya.

Laki-laki itu menaiki tangga dalam keadaan hati riang gembira. Nevan sudah tidak sabar memberikan pakaian baru ini kepada Jauzan dan melihat reaksi sepupunya itu.

Setibanya Nevan di depan pintu, dia memasukkan kunci. Tetapi, pintu tersebut ternyata tidak terkunci yang menandakan kalau Jauzan sudah pulang. Nevan mengernyitkan alisnya karena tidak biasanya Jauzan pulang secepat ini. Namun, Nevan membuka pintu lalu melepaskan sepatunya. Dia berlari kecil masuk ke dalam unit mereka untuk mencari keberadaan Jauzan.

"Jauzaaan" panggil Nevan sambil berjalan menuju kamar Jauzan.

Setelahnya, Nevan tertegun karena melihat keadaan kamar Jauzan begitu berantakan. Dia juga melihat sepupunya itu terduduk di lantai sambil menjambak rambutnya. Sayup-sayup Nevan mendengar suara tangisan dari sepupunya membuat Nevan langsung berlari menghampiri Jauzan.

"Zan, lo kenapa Zan?" tanya Nevan yang cemas dan panik melihat keadaan Jauzan.

Nevan berusaha melihat keadaan Jauzan, wajah Jauzan sampai merah karena menangis. Baru kali ini Nevan melihat Jauzan menangis keras seperti ini.

"Zan, ada apa Zan?" tanya Nevan sambil mengusap air mata yang ada di pipi Jauzan. Hatinya sakit melihat keadaan Jauzan seperti ini.

Sepupunya yang selalu tegar dan tidak pernah menangis, sekarang menangis seperti ini dan terlihat lemah. Sebuah pemandangan langka yang sepertinya tidak akan mau Nevan lihat lagi dari Jauzan.

"Di mana lagi gue nyari duit, Van?" isak Jauzan membuat Nevan menahan sesak di dadanya karena Jauzan terdengar sangat putus asa.

"Kenapa, Zan? Lo kan punya tabungan dan lo juga punya kerjaan tetap" ucap Nevan yang benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada Jauzan.

Jauzan menatap Nevan, "Duit gue nggak cukup buat bayar ganti rugi, Van."

"Dan gue dipecat!" tangis Jauzan kembali pecah membuat Nevan tertegun.

Nevan pun memeluk Jauzan dan membiarkan sepupunya itu menangis di sana. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba Jauzan menyebut tentang ganti rugi. Dia juga tidak mengerti mengapa Jauzan tiba-tiba dipecat. Nevan hanya ingin Jauzan segera memberitahunya apa yang terjadi.

Nevan tidak mau melihat Jauzan serapuh ini.

***

Jidan dan Harzan tidak bisa menjenguk ibu mereka karena sang ibu membutuhkan istirahat yang cukup. Karena hal itu, Jidan dan Harzan pada akhirnya duduk di kursi taman rumah sakit sambil memperhatikan beberapa pasien di sana duduk bersama keluarga mereka.

Setelah mereka saling mengeluarkan tangisan karena perasaan sedih yang berada di dalam hati mereka. Kedua kakak adik itu hanya duduk tanpa mengatakan apa pun.

Situasi ini memang tidak memungkinkan bagi mereka untuk berbicara atau pun mengobrol kecil. Isi kepala mereka terlalu penuh, dan bisa saja salah satu di antara mereka tidak fokus jika diajak berbicara dan akan membuat percakapan tersebut menjadi kaku. Jadi, Jidan memilih diam dan sibuk memperhatikan kukunya yang panjang.

[FF NCT DREAM] Anak Tangga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang