Harzan beberapa kali mencoba menghubungi Yusuf. Tetapi, tetap saja dia tidak mendapatkan jawaban dari Yusuf membuat Harzan menjadi khawatir dengan kondisi kakaknya yang ada di negeri orang.
Harzan hanya ingin memastikan bahwa keadaan sang kakak baik-baik saja.
Terakhir kali, Yusuf mengatakan bahwa uang yang ia kumpulkan dibawa lari oleh temannya. Bukankah itu artinya sang kakak tidak memiliki pegangan uang untuk kehidupan sehari-hari?
Anak itu ingin mengirimkan beberapa uangnya untuk sang kakak, supaya kakaknya mampu bertahan ketika berada di negeri orang tersebut sampai dia mendapatkan gaji dan memiliki pegangan uang. Namun, kakaknya malah sulit dihubungi.
Harzan pun mendatangi kantor tempat di mana sang kakak mendaftarkan dirinya untuk bekerja di luar negeri.
"Selamat siang, mas, ada yang bisa saya bantu?" ucap dari wanita yang merupakan bagian administrasi dari kantor tersebut.
Harzan pun duduk di kursi yang tersedia di ruangan tersebut. Dia sedikit ragu mengatakan tujuannya ke kantor ini padahal wanita yang memiliki nama Dini itu terlihat ramah dan sepertinya akan menjawab pertanyaan Harzan dengan sigap tanpa bertele-tele.
"Emm.., begini mbak. Saya punya kakak, dia kerja di Malaysia. Dia bekerja di bagian pabrik minuman. Sudah beberapa hari ini saya mencoba menghubungi kakak saya, tetapi dia sangat susah dihubungi, mbak. Apa mbak bisa mencaritahu nomor orang-orang yang bekerja bersama kakak saya?" jelas Harzan ke Dini yang mulai mengetik sesuatu di komputernya.
Beberapa kali Dini menggerakkan mouse di tangannya lalu setelahnya dia menatap Harzan.
"Siapa nama kakaknya mas?" tanya Dini lagi-lagi dengan suara ramah.
"Yusuf Baskara, mbak" jawab Harzan dan dia melihat Dini kembali mengetik serta mengklik mousenya beberapa kali.
"Maaf, mas. Tapi, yang bekerja di pabrik yang mas maksud, cuma kakaknya mas. Tidak ada orang Indonesia lain yang bekerja di sana."
Seketika Harzan merasakan jantungnya berpindah ke perut. Keringat dingin langsung membasahi punggung serta tangannya. Dia benar-benar mendapatkan kabar yang sangat buruk hari ini.
Tetapi, sepertinya Dini menyadari raut pucat dari Harzan. Wanita tersebut kembali tersenyum dan berusaha menenangkan Harzan yang begitu panik karena dia tidak tahu lagi bagaimana cara dia bisa menghubungi kakaknya.
"Tenang mas, nanti saya coba menghubungi staff yang ada di Malaysia. Saya akan menanyakan tentang kakaknya mas ini di sana dan akan memberitahukan kabarnya ke mas" jelas Dini lalu dia menyerahkan kertas serta pena ke Harzan.
"Tolong mas tulis nomor telepon mas, sama namanya mas. Nanti, saya hubungi mas di sana" jelas Dini lagi.
Harzan pun berusaha menulis nomor dan namanya dengan tangan bergetar karena panik dan cemas.
"Tolong ya mbak. Saya benar-benar khawatir dengan kakak saya" ucap Harzan dengan suara bergetar.
"Iya, mas, akan kami usahakan" ucap Dini.
Harzan pun mengucapkan terima kasih lalu dia pamit pergi dari kantor kecil tersebut. Pemuda itu menatap langit yang begitu cerah dengan sinar matahari yang terik.
"Semoga ada kabar baik tentang lo, kak.."
***
Jauzan menatap hampa saldo yang tertulis di aplikasi m-banking miliknya. Pemuda itu menghembuskan nafas lelah ketika dia melihat berapa perolehan gaji yang ia terima bulan ini.
Dia mengacak rambutnya dengan frustasi. Ternyata yang Kevin katakan itu benar, gaji mereka akan dipotong dengan alasan adanya perubahan sistem di perusahaan. Ingin behenti dan pindah kerja di tempat lain, Jauzan takut kalau dia malah tidak mendapatkan pekerjaan sesegera mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Anak Tangga Terakhir
FanficBanyak yang mengatakan apartemen sederhana dan kecil ini dikutuk. Rata-rata yang tinggal di sana adalah orang-orang yang memiliki masalah hidup dan pada akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup mereka di unit apartemen mereka. Banyak desas-desus yan...