Chapter 11

101 28 4
                                    

Baru kali ini Malik terbangun tepat ketika suara adzan subuh berkumandang. Selama ini, dia terbangun di siang hari atau bisa saja dia tidur seharian karena terlalu mengejar target ceritanya. Tetapi, untuk saat ini, Malik bisa tidur lebih cepat. Dia juga bisa tertidur nyenyak tanpa pusing memikirkan deadline ceritanya untuk ia berikan ke penerbit.

Malik benar-benar merasa kalau pikirannya lebih tenang setelah dia pindah ke apartemen lusuh ini.

Walaupun rasa kantuknya sudah hilang, kedua matanya terbuka lebar, tetapi Malik masih betah membaringkan tubuh nya di atas kasur lipat itu. Dia pandangi langit-langit kamarnya yang memiliki banyak sekali corak awan kecoklatan di sana. Malik jadi khawatir kalau nanti tiba-tiba hujan lebat. Apakah nanti atap di kamarnya bocor?

Sayup-sayup suara adzan subuh yang saling bersahutan itu pun hilang. Malik mendengar suara pintu yang terbuka, entah dari unit apartemen mana. Dia juga mendengar suara gesekan sandal jepit dengan lantai lorong apartemen. Sudah jelas kalau si pemilik langkah kaki ini, jalannya dengan cara diseret.

"Ck, cepetan Jauzan! Gayaan banget lo pengen subuh-an di masjid, biasanya nggak!"

Malik bisa mendengar suara Nevan yang terdengar kesal sekali dengan Jauzan. Lalu, dia juga mendengar suara pintu yang dikunci.

"Salah ya kalo gue mau salat subuh di masjid? Lo tuh emang sewot banget. Gue salat salah, nggak salat juga salah!"

"Emang lo itu serba salah, Zan. Makanya, cariin gue kerja."

"Apa hubungannya?!"

Malik tidak menyangka bahwa di waktu subuh seperti ini, justru para tetangganya begitu heboh dan dia tidak pernah terbangun karena suara se-heboh ini?

Beberapa kali Malik mendengar suara pintu yang dibuka dan ditutup serta suara pintu yang dikunci. Sepertinya, para tetangganya ini memang suka bangun pagi lalu pergi salat subuh di masjid.

Tetapi, Malik tidak ada melihat masjid di sekitar sini.

"Hah, suasana kayak gini memang langka banget" gumam Malik.

Dia pun memutuskan untuk bangun dan mencoba mengawali kegiatannya di waktu subuh.

***

"Chan, kakak minta tolong ya?"

Chanan menatap kakaknya itu dengan malas lalu setelahnya dia menganggukkan kepala dengan terpaksa.

Kemarin, Chanan terkejut ketika dia melihat Jidan ada di unit apartemen mereka. Terlebih, dia melihat keadaan Jidan yang jauh dari kata baik. Baru pertama kali dia melihat Jidan seperti itu sehingga dia langsung memborbardir Jidan dengan pertanyaan.

Beruntung Rafa langsung menenangkan Chanan dan meminta pengertian Chanan untuk tidak menanyakan apa pun terlebih dahulu ke Jidan.

Keesokan paginya, Harzan tidak bisa menjaga adiknya karena dia mendapatkan pekerjaan tambahan lagi di pagi hari ini. Sehingga, Harzan terpaksa meminta bantuan Rafa untuk menjaga sang adik. Namun, Rafa tidak bisa menjaga Jidan karena dia sendiri juga bekerja.

Karena hal itu, harapan mereka berdua adalah Chanan, Nevan, dan Malik si tetangga baru yang kalau dilihat lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam apartemen.

Ketika Rafa tahu kalau Chanan tidak ada kelas hari ini karena dosen yang mengajar tidak masuk, dia langsung meminta tolong pada Chanan untuk menjaga Jidan sampai Harzan atau Rafa sendiri pulang ke apartemen.

Rafa langsung tersenyum lega ketika melihat Chanan menganggukkan kepalanya dan menyanggupi permintaan tolong darinya.

"Kakak usahain pulang cepat. Chan mau makan malam apa? Kakak beliin" ucap Rafa sambil memasukkan ponsel serta dompetnya di dalam tas.

[FF NCT DREAM] Anak Tangga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang