Chapter 12

328 55 8
                                    

Rafa memegang kepalanya yang terasa sakit. Beberapa kali dia memijit kepalanya itu lalu kembali mengetik di laptopnya untuk membuat Dokumen Penawaran dan Biaya karena perusahaannya ini mengikuti lelang proyek di suatu daerah.

Dia berusaha mengerjakan pekerjaannya tetapi makin lama pandangannya semakin buram. Rafa pun memejamkan matanya sejenak, denyutan di kepalanya begitu menyiksa. Dia pun memutuskan untuk istirahat sebentar.

Rafa meregangkan tubuhnya yang pegal, setelahnya dia meraih botol minum miliknya yang ada di atas meja lalu ia habiskan isi di dalamnya. Sepertinya Rafa benar-benar sangat haus.

Sebelum beristirahat, Rafa menyimpan terlebih dahulu file yang tadi ia kerjakan. Rafa tidak tahu sudah berapa lama dia tertidur, namun, dia merasakan ada seseorang yang mengguncang tubuhnya.

Rafa mengerjapkan matanya beberapa kali, kedua matanya terlihat merah, anak itu sangat mengantuk, bahkan dia sampai menguap lebar menandakan betapa mengantuknya dia.

"Rafa, temenin gue yuk" ucap Adil, salah satu rekan kerja Rafa dan duduk tepat di samping Rafa.

Walaupun mereka berada di divisi yang berbeda, tetapi meja mereka tetap bersebelahan karena terkadang divisinya Rafa membantu divisi dari Adil ini ketika mereka kekurangan orang dan divisinya Rafa hanya memantau lelang.

"Ke mana?" tanya Rafa dengan suara serak karena baru saja terbangun dari tidur.

Rafa mengucek mata kanannya yang terasa perih dan beberapa kali berkedut. Anak itu terbatuk beberapa kali dan hendak minum tetapi dia baru sadar kalau air minumnya sudah habis.

"Nih, minum punya gue, habisin aja, nanti gue beli lagi" ucap Adil sambil menyodorkan satu botol air mineral ke Rafa.

"Makasih, Dil."

Rafa langsung meneguk air tersebut sampai habis. Dia kembali menatap Adil yang masih menunggu jawaban dari Rafa.

"Adil, lo mau gue temenin ke mana?" tanya Rafa lagi dengan suara tersendat karena dia masih mau batuk.

"Survey, nggak jauh, cuma setengah jam pake motor. Kerjaan lo udah beres kan? Kalo belum nanti gue bantu" jawab Adil ke Rafa yang kembali batuk dan kali ini batuknya tidak berhenti membuat Adil mengernyitkan alisnya.

Adil menatap temannya itu dengan cemas, "Lo sakit, Ra?"

Rafa menggelengkan kepalanya, "Air.."

Adil pun meraih botol minum Rafa yang kosong di atas meja. Lalu dia berjalan menuju dispenser untuk mengisi botol minum tersebut sampai penuh.

Adil terburu-buru menyerahkan botol itu ke Rafa yang langsung meminum air tersebut sampai habis setengahnya.

"Gue survey sendirian aja. Lo kalo sakit izin aja ke Bang Popi, sekalian gue anterin lo pulang" ucap Adil yang jadi cemas melihat keadaan temannya.

"Nggak, Dil. Gue itu tersedak air liur gue sendiri" ucap Rafa yang bicaranya masih tersendat.

Anak itu mengambil tisu untuk mengelap air mata di sudut matanya. Lalu, dia meraih jaket serta tas kecilnya yang memang ia letakkan di dalam laci. Tas tersebut selalu dia gunakan jika dia diajak survey oleh Adil. Di dalam tas itu ia isi dengan botol air minum, buku, dan pena.

"Beneran loh, ya?" ucap Adil ingin memastikan sekali lagi kalau Rafa tidak berbohong.

Rafa berdecak, dia pun meraih tangan Adil dan dia letakkan telapak tangan Adil di keningnya.

"Nggak panas, kan? Udah, ayo cepetan kita pergi. Janji ya lo harus bantu gue" ucap Rafa yang sudah berjalan duluan meninggalkan Adil yang terdiam di tempatnya berdiri.

[FF NCT DREAM] Anak Tangga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang