Chapter 9

354 55 11
                                    

Rafa melihat Chanan sedang menjemur pakaian di balkon. Padahal sudah beberapa kali Rafa mengatakan ke Chanan untuk tidak mencuci dan menjemur pakaian di malam hari. Tapi, percuma saja memberitahu Chanan. Adiknya itu memang susah sekali diberitahu sehingga Rafa memilih untuk diam setiap Chanan mencuci dan menjemur pakaiannya di malam hari.

Rafa meletakkan makan malam mereka di atas meja. Dia pun duduk untuk melepas kaus kakinya lalu ia pun menaruh kaus kaki yang ia kenakan seharian itu di keranjang berisikan pakaian kotor.

Rafa mencuci muka serta kaki dan tangan sebelum dia kembali ke ruang TV untuk menyantap makan malam bersama Chanan.

Ketika Rafa kembali, dia melihat Chanan sudah duduk di lantai sambil membuka kotak yang berisikan nasi serta ayam geprek kesukaannya.

Chanan tersenyum senang ketika melihat satu kantung plastik berukuran sedang berisikan cemilan kesukaannya juga.

Kakaknya memang yang terbaik dalam hal ini.

"Makasih, kaaak" ucap Chanan ke sang kakak ketika dia melihat kakaknya itu duduk di depan Cakra.

Rafa meraih satu bungkus nasi yang ia beli di warteg langganannya. Dia hanya membeli nasi serta telur rebus dengan gulai nangka.

Rafa dan Chanan dengan lahap menyantap makan malam hari itu dengan sesekali Chanan menceritakan apa saja yang dia lakukan bersama teman-temannya di luar kota. Dia juga bercerita kalau dia sudah berkenalan dengan tetangga baru.

Chanan juga menceritakan bagaimana kondisi ibunya Harzan dan Jidan. Pokoknya, Chanan yang paling banyak bersuara, sedangkan Rafa hanya diam mendengarkan semua ocehan adiknya itu sambil sesekali tersenyum sebagai tanggapan.

"Dan gue juga nemuin surat di dalam saku celana kakak" ucap Chanan dengan santai, dia pun menyuapkan nasi ayam geprek itu ke dalam mulutnya.

Sedangkan Rafa, dia tertegun setelah mendengar ucapan Chanan. Dia menatap adiknya yang terlihat memakan makan malamnya dengan nikmat. Seperti tidak merasa terganggu mengenai surat yang sengaja Rafa sembunyikan dari Chanan.

"Chan.."

"Kak, lagian ayah itu bukan urusan kita lagi. Biarin aja dia nikah sama selingkuhannya. Toh, selama ini ayah nggak peduli sama kita. Dia juga udah stop ngirimin kita uang dan telantarin kita di sini" ucap Chanan dengan terus melahap ayam geprek miliknya.

Rafa sampai tidak bisa berkata-kata setelah mendengar ucapan Chanan yang terkesan cuek itu. Dia pun memakan makan malamnya dengan tidak berselera. Dia benar-benar kehilangan nafsu makan setelah Chanan membahas ayah mereka.

"Tapi, Chan beneran nggak mau ketemu sama ayah? Pernikahannya Hari Minggu loh. Kalau Chan mau, kita pergi ke sana. Dan, ada baiknya juga Chan tinggal sama ayah" ucap Rafa ke adiknya itu.

Menurut Rafa, lebih baik adiknya tinggal bersama sang ayah karena ayahnya bisa dikatakan memiliki banyak uang. Kehidupan Chanan juga lebih terjamin jika dia tinggal bersama sang ayah. Chanan tidak perlu terus mewanti-wanti Rafa jika sebentar lagi jadwal pembayaran UKT nya semakin dekat.

"Nggak mau, kak. Ngapain juga? Dan gue juga udah seneng banget tinggal sama kakak. Gue lebih bahagia tinggal sama kakak dari pada sama ayah."

Chanan pun menatap lekat sang kakak yang saat ini mendengarkan dengan seksama setiap kalimat yang Chanan lontarkan dari belah bibirnya.

"Jadi, kakak, jangan pernah tinggalin gue ya? Walaupun gue menyebalkan, tolong jangan tinggalin gue, kak..."

Rafa terdiam mendengar ucapan Chanan.  Terlebih, suara Chanan terdengar bergetar ketika mengucapkan kalimat tersebut.

[FF NCT DREAM] Anak Tangga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang