Chapter 8

376 51 4
                                    

Walaupun kakaknya selalu berkata kalau dia yang akan menanggung semua biaya hidup di keluarga mereka. Harzan tetap mencari pekerjaan untuk menambah kebutuhan keluarga mereka sehari-hari.

Terkadang, Yusuf telat mengirimkan uang kepada ibu dan dua adiknya di Indonesia sehingga untuk membayar keperluan sehari-hari menggunakan uang tabungan Harzan.

Harzan juga menggunakan uang tabungan itu untuk biaya darurat.

Seperti kejadian Jidan yang harus pergi keluar kota karena mengikuti seminar.

Karena, Yusuf belum mengirimkan uang, maka uang tabungan Harzan yang digunakan untuk acara seminar yang diikuti oleh Jidan.

Dan juga, tabungan milik Harzan digunakan untuk biaya pengobatan ibunya jika sang ibu tiba-tiba sakit.

Disaat suasana di toko mainan ini sepi pembeli, Harzan tiba-tiba memikirkan hari di mana dia dengan Jidan melihat sendiri ketika ibunya terbatuk hebat. Ada sepercik darah yang keluar dari mulut sang ibu.

Gumpalan darah yang tertampung di telapak tangan ibunya itu sampai menetes ke lantai sehingga Harzan bergegas membawa ibunya ke rumah sakit untuk diperiksa.

Walaupun sang ibu mengatakan dia baik-baik saja dan tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Harzan tetap membawa ibunya pergi ke sana.

Jantung Harzan semakin berdegup kencang ketika tiba-tiba dokter yang memeriksa ibunya, mengajukan pemeriksaan menggunakan CT Scan dan Rontgen.

Dan dia semakin gelisah hingga detik ini karena hasil dari CT Scan dan Rontgen tersebut akan diberitahukan ke Harzan besok.

Harzan menempelkan keningnya di atas meja kasir. Kedua matanya terasa panas karena dia tahu, jika dokter meminta ibunya di rontgen dan untuk mengetahui hasilnya membutuhkan waktu yang cukup lama, itu pertanda hasil yang keluar tidak cukup bagus.

Harzan pernah mengalami hal seperti itu.

Hal seperti ini pernah terjadi ketika ayah mereka mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh.

Dan ketika diperiksa.

Ternyata ayah mereka mengidap kanker.

"Semoga bunda baik-baik saja."

Harzan tidak henti berdoa untuk kesehatan ibunya.

Dia selalu mengharapkan sebuah keajaiban.

***

Malik hanya duduk termenung di dalam ruang kerja sambil memangku laptop. Kedua tangannya berada di atas keyboard tetapi tidak ada sekali pun dia menggerakkan jemarinya untuk mengetik sesuatu.

Otaknya sudah buntu.

Dia tidak memiliki ide untuk menciptakan sebuah karya yang layak diterbitkan oleh penerbit.

Malik menghirup dan menghembuskan nafasnya berulang kali. Kedua tangannya sampai gemetaran karena dia tiba-tiba ketakutan sendiri untuk mengetik sesuatu.

"Sial!"

Malik pun meletakkan laptopnya begitu saja di lantai. Dia raih rokok, ponsel, dan dompetnya lalu dia keluar dari unit apartemennya itu untuk mencari udara segar.

Suasana di lorong apartemen sangat sepi di siang hari seperti ini. Tetapi, suasana sepi di siang hari sangat berbeda dengan suasana di malam hari.

Sinar matahari benar-benar mengarah ke apartemen sehingga Malik bisa melihat bagaimana lantai di lorong apartemen ini dipenuhi oleh debu dan kerak di sela-sela keramik. Cat di dinding yang mengelupas dan berwarna kecokelatan karena rembesan air.

[FF NCT DREAM] Anak Tangga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang