Chapter 6

438 52 1
                                    

Sepi.

Itu lah yang Malik rasakan ketika dia berada di dalam unit apartemennya.

Hal tersebut sangat ia rasakan karena ruangan di dalam unit ini cukup luas dan memiliki tiga kamar. Malik hanya menggunakan satu kamar saja karena dia memang sendirian tinggal di sana. Kamar yang Malik huni ini merupakan kamar yang paling luas di antara dua kamar lainnya. Sedangkan, kamar kedua, Malik gunakan sebagai "tempat kerja" nya.

Di sana Malik meletakkan komputer serta laptopnya. Hanya barang-barang itu yang Malik bawa dari apartemen lamanya. Sedangkan untuk tempat tidur. Malik hanya membeli kasur lipat yang bisa digulung dan dipindahkan ke mana saja.

Sebuah lemari lepas pasang yang terbuat dari plastik. Perabotan makan pun, dia hanya membeli seadanya karena dia yakin kalau dia akan jarang sekali mendapatkan tamu.

Tidak ada yang tahu di mana Malik tinggal kecuali orang terdekatnya. Orang tuanya pun tidak tahu kalau Malik tidak lagi tinggal di apartemen lamanya. Malik memilih pindah tanpa memberitahu banyak orang. Dia juga meminta orang-orang yang tahu tempat tinggal barunya untuk tidak memberitahukan lokasi tempat tinggal barunya itu ke orang lain.

Malik benar-benar tidak ingin berjumpa dengan siapa pun.

Dia hanya ingin menyendiri setelah semua hal yang terjadi.

"Huft, bosan banget gue" ucap Malik.

Pemuda itu pun memilih untuk merokok di luar. Siapa tahu dia akan bertemu dengan beberapa tetangganya, bukan?

Malik meraih rokok serta korek api di atas lantai. Malik tidak memiliki meja di kamarnya, sehingga dia meletakkan semua barangnya di lantai.

Pemuda itu pun keluar dari unit apartemennya. Dia langsung merinding karena lorong apartemen ini terlihat sepi dengan pencahayaan remang-remang. Terlebih, ujung lorong yang berada di dekat tangga itu tidak ada lampu membuat Malik jadi merinding sendiri. Belum, lagi salah satu lampu di lorong lantai ini berkedip-kedip membuat Malik jadi ragu ingin lanjut merokok di sini atau di dalam unit apartemennya saja.

"Mana pas banget ada yang mati bunuh diri lagi di lantai satu" gumam Malik dan seketika bulu kuduknya berdiri.

Dia jadi teringat dengan ucapan Nevan yang saat itu mengatakan kalau Malik mendoakannya supaya dia tidak berakhir seperti tetangga mereka di lantai satu itu.

Malik tidak tahu bagaimana sebenarnya keadaan di negara tercintanya ini. Dia selalu merasa kalau dia mampu membayar semua kebutuhan hidupnya sehingga dia tidak merasa tercekik dengan masalah ekonomi seperti yang tadi Nevan sebutkan.

Nevan menyebutkan alasan tetangga mereka itu bunuh diri, karena masalah ekonomi.

Apakah rata-rata, yang menghuni apartemen ini adalah orang-orang ekonomi menengah ke bawah?

Sepelik itu kah kehidupan saat ini?

Malik tidak tahu.

Suara pintu yang terbuka membuat Malik berjengit kaget dan tidak jadi menghidupkan rokoknya. Malik menoleh ke asal suara dan mendapati, pintu unit bernomor 203 terbuka. Terlihat satu orang pemuda sambil menenteng kantung plastik berwarna hitam.

Pemuda itu tersentak kaget sambil memegang dadanya dan menatap Malik dengan tatapan terkejut.

"Ya ampun, kirain tadi apaaa" ucap pemuda itu setelah dia menghembuskan nafas lega.

[FF NCT DREAM] Anak Tangga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang