Chapter 14

313 51 6
                                    

"Lo beneran nggak mau kerja di kafe tante gue?"

Chanan berdecak setelah mendengar pertanyaan dari Kiki. Dia paham kalau Kiki hanya ingin membantunya tanpa harus memberikan segepok uang ke Chanan karena Chanan memang tidak menyukainya.

Sudah lama mereka berteman dan Kiki jarang sekali membantu Chanan dengan cara langsung memberikannya uang. Kiki hanya tidak mau menyinggung perasaan Chanan karena Chanan selalu merasa dirinya direndahkan setiap ada yang mentraktirnya.

Padahal, niat orang lain itu baik. Hanya saja, Chanan melihat niat mereka dengan cara pandang yang berbeda.

"Gue sampai nyuruh tante gue buat nge-keep lowongan ini dulu karena mau gue kasih ke lo" ucap Kiki ke Chanan karena anak itu belum memberikan tanggapan mengenai tawaran Kiki.

Chana menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Lo bingungin apa lagi, sih Chan? Katanya lo nggak mau lihat Kak Rafa terlalu banyak kerja? Giliran gue tawarin kerjaan lo nggak mau" gerutu Kiki.

Chanan berdecak mendengar hal itu. Dia memang tidak suka melihat kakaknya terlalu keras bekerja. Bahkan sampai Hari Minggu juga bekerja, padahal tempat kerjanya yang sekarang, kakaknya itu bekerja dari Hari Senin sampai Hari Sabtu.

Hanya saja, Chanan agak ragu bekerja karena dulu dia pernah bekerja tetapi ternyata bekerja itu sangat melelahkan. Apalagi, terkadang tugasnya menumpuk sehingga dia sampai begadang.

"Gimana sistem kerja di kafe tante lo itu?" tanya Chanan setelah sekian lama dia memikirkan harus menerima tawaran dari Kiki atau tidak.

"Santai aja kerjanya kalau sama tante gue, yang penting lo rajin, disiplin, dan jujur. Karena lo masih kuliah, tante bakalan atur jadwal supaya nggak bentrok sama kuliah lo" jelas Kiki, dia tahu kalau Chanan agak keberatan bekerja karena takut bentrok dengan jadwal kuliahnya.

"Hmm, gue tanyain ke Kak Rafa dulu, ya? Bisa berabe nanti kalo Kak Rafa tahu gue kerja diam-diam" ucap Chanan.

Rafa terlalu keras bekerja sehingga Chanan berpikir kalau kakaknya itu memang tidak mau Chanan juga bekerja seperti sang kakak. Mungkin, Rafa juga ingin Chanan fokus dengan kuliahnya.

"Kak Rafa suka apa, Chan? Gue mau beliin dia sesuatu" ucap Kiki yang tidak sengaja melihat banyak sekali stand jajanan di mall.

Chanan terdiam.

Dia tidak tahu apa kesukaan kakaknya.

***

"Harzan, Jidan ada ngasih tahu kapan dia pulang?"

Harzan yang sedang memijit kaki ibunya itu hanya bisa mengatupkan bibirnya kuat-kuat. Dia tidak bisa mengatakan keadaan Jidan yang sebenarnya kepada sang ibu karena Harzan takut hal tersebut akan membuat kondisi ibunya menurun.

Pemuda itu masih terngiang dengan penyakit yang ada di dalam tubuh kurus ibunya.

Keadaan ibunya yang seperti ini, membuat Harzan tidak sanggup menceritakan kondisi keluarga mereka kepada sang ibu.

Harzan sampai tidak menceritakan bahwa saat ini, di lantai bawah apartemen mereka ada seorang remaja yang meninggal bunuh diri.

Sebelumnya Nevan datang ke unit apartemennya, meminta bantuan Harzan untuk menguburkan si anak malang yang baru saja ditinggal sang ibu untuk selamanya. Anak malang itu masih begitu kecil dan memiliki masa depan yang panjang. Namun, kerasnya hidup membuat si anak terpukul mundur. Dia tidak sanggup melangkahkah kakinya menghadapi dunia yang kejam kepadanya.

[FF NCT DREAM] Anak Tangga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang