Chapter 53

194 48 31
                                    

Rafa baru saja pulang dari sekolah hari itu. Tubuhnya begitu lelah karena dia adalah anggota OSIS dan minggu depan ada acara ulang tahun sekolahnya, sehingga OSIS mulai sibuk menyiapkan acara yang sangat dinantikan semua murid di sekolahnya.

Dengan malas, Rafa menaiki satu per satu tangga menuju lantai dua. Rafa sampai menyeret tas ransel kumalnya karena rasa lelah yang ia rasakan sudah berada di titik puncaknya.

Kedua mata Rafa juga sudah sayu dan akan menutup kapan saja. Rafa hanya membutuhkan kasur yang empuk hanya untuk membuatnya berada di alam mimpi.

"Tapi, hari ini gue ada janji sama Chan mau nemenin dia main"  gumam Rafa yang rasanya ingin menangis saja.

Dia begitu lelah dan ingin tidur. Tetapi, dia juga ada janji dengan adik tersayangnya hari ini.

Setibanya Rafa di unit apartemen. Rafa masuk ke dalam dan dia langsung mendapatkan serangan pelukan dari Chanan. Senyuman dari Chanan membuat rasa lelah yang tadi bergelayut di tubuh Rafa langsung hilang.

"Selamat datang, kakaaaak~"

Apalagi disambut seperti ini oleh Chanan, membuat Rafa jadi lupa kalau tujuannya saat ini adalah tidur nyenyak di kamarnya.

"Halo, Chaaan" ucap Rafa yang membalas pelukan Chanan.

"Ibu mana, Chan?" tanya Rafa setelah pelukan itu terlepas.

"Di kamar, kak. Dari tadi gue panggil. Tapi, ibu nggak nyahut" jelas Chanan membuat Rafa mengernyitkan alisnya.

"Kok, nggak Chan samperin ibu ke kamar?" tanya Rafa sambil berjalan menuju kamar ibunya.

"Mageeer. Kakak aja yang ke sanaa" ucap Chanan membuat Rafa geleng-geleng kepala.

Rafa mengetuk pintu kamar ibunya sambil memanggil sang ibu. Tetapi, tidak ada sahutan.

"Ibu, Rafa masuk ke dalam, ya?" ucap Rafa dan lagi, tidak ada sahutan.

Rafa dengan pelan membuka pintu kamar sang ibu. Dia pun melongokkan kepalanya sedikit dari sela-sela pintu yang ia buka.

Rafa terdiam ketika dia melihat ibunya sudah tergantung di kamarnya. Tubuh sang ibu terayun ke kanan dan ke kiri. Rafa juga melihat kursi plastik yang jatuh di kamar tersebut.

Manik matanya hanya tertuju pada kedua mata ibunya yang terbuka dan melotot karena tercekik.

Rafa melihat ada jejak air mata di kedua pipi sang ibu. Dan, dia juga melihat, di tangan ibunya terdapat gumpalan kertas yang tergenggam kuat di tangannya.

***

Jauzan sedang mencuci piring dan gelas ketika dia merasakan ponsel di saku celananya bergetar. Pemuda itu membasuh tangannya yang terdapat sabun, setelah tangannya bersih dari sabun, Jauzan mengelap tangan basahnya di kedua sisi celana sebelum akhirnya ia meraih ponselnya yang ada di dalam saku.

Jauzan mendapati panggilan dari Malik. Jauzan pun menjawab panggilan dari Malik itu karena siapa tahu ada hal penting yang ingin Malik sampaikan kepada Jauzan.

"Halo, bang?"

"Jauzan..., lo di mana?"

Jauzan mengernyitkan alisnya karena dia mendengar suara Malik yang serak dan lemah. Malik terdengar seperti orang yang baru saja menangis.

[FF NCT DREAM] Anak Tangga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang