Jidan termenung di dekat gedung tidak terpakai itu sambil menunggu kedatangan Eri. Hari ini, Eri ingin memberikan tugas lagi untuk Jidan sehingga setelah kelas Jidan berakhir, dia langsung bergegas pergi ke tempat di mana dia dan Eri biasa bertemu.
Jidan begitu putus asa sekarang. Ibunya tetap tidak mau berobat meskipun sudah begitu banyak bujukan yang Jidan berikan kepada ibunya. Jika ibunya memilih meninggalkan mereka dengan cara seperti ini, lalu untuk apa Jidan sampai rela mengerjakan tugas orang lain demi mendapatkan uang yang banyak?
Lalu, untuk apa Jidan sekeras ini belajar supaya suatu hari nanti dia bisa menjadi orang yang sukses dan membuat sang ibu bangga jika pada akhirnya sang ibu menghembuskan nafas terakhirnya?
Jidan merasa kalau semua hal yang ia lakukan saat ini begitu sia-sia.
Salah satu alasan mengapa Jidan belajar dengan rajin dan menjadi joki tugas untuk teman-temannya karena dia ingin meringankan beban ibu serta kedua kakaknya.
Jidan berpikir, jika dia belajar dengan rajin, maka dia bisa menjadi orang sukses dan akan membuat ibunya bahagia. Dan jika dia menjadi joki tugas, maka dia tidak perlu meminta uang saku terus menerus ke kedua kakaknya.
"Woi! Dari tadi gue panggil!"
Jidan mengusap kepalanya yang dipukul oleh Eri. Dia pun menatap Eri yang sudah berdiri di depannya dengan wajah jengkel.
"Maaf.." gumam Jidan, dia tidak ada tenaga untuk meladeni Eri hari ini. Tetapi, dia terpaksa melakukannya karena jika dia menolak, yang ada dia dihajar habis-habisan oleh Eri.
Eri mendengus, dia pun mengeluarkan lemabaran kertas dari dalam tasnya. Lembaran kertas itu terlihat lecek seperti sudah diremukkan beberapa kali oleh seseorang.
Jidan menerima kertas tersebut dan ternyata kertas itu adalah hasil quiz milik Eri.
Nilai quiz anak itu begitu memprihatinkan membuat Jidan berpikir, apa sebenarnya tujuan Eri berkuliah?
Mengerjakan tugas pun dia menggunakan jasa joki, mengerjakan quiz pun dia tidak bisa, bahkan soal yang merupakan soal sederhana dan hanya menggunakan penalaran pun dia tidak mampu menjawab.
"Lo kerjain itu quiz gue, besok mau dikumpul" ucap Eri membuat Jidan menatapnya tidak mengerti.
"Dosen jelek itu ngasih keringanan buat gue karena dia suka sama essay yang gue bikin, eh, yang lo bikin, sih sebenarnya."
"Dia kaget ngelihat nilai quiz gue jelek banget, dan gue kasih aja alasan lagi nggak enak badan. Terus dia kasih pengecualian buat gue, dia nyuruh gue buat ngerjain quiz itu di rumah dan dikumpul besok" jelas Eri dan Jidan pun menganggukkan kepalanya mengerti.
"Untung aja itu dosen bego" gerutu Eri yang sedang mencari sesuatu dari dalam tasnya.
"Ck, lo itu nggak ada rekening apa? Masa gue ngasih lo cash mulu?" gerutu Eri lagi ke arah Jidan.
"Oh iya, gue lupa, lo kan miskin."
Jidan mengatupkan bibirnya dengan kuat, dia sampai mencengkram kertas quiz milik Eri tadi hingga kertas itu tidak terbentuk.
"Kesel banget gue hari ini."
Eri tidak henti menggerutu dan Jidan hanya diam mendengarkan gerutuan Eri.
"Nih, duit lo, sisanya besok gue kasih!"
Eri melemparkan uang itu tepat di wajah Jidan sehingga uang tersebut berserakan di tanah yang kotor.
Jidan menatap nanar uang tersebut lalu dia menatap Eri yang berlari menjauhi Jidan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Anak Tangga Terakhir
FanficBanyak yang mengatakan apartemen sederhana dan kecil ini dikutuk. Rata-rata yang tinggal di sana adalah orang-orang yang memiliki masalah hidup dan pada akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup mereka di unit apartemen mereka. Banyak desas-desus yan...