Terbangun di tengah malam adalah hal yang biasa di lakukan oleh Pharita dan meskipun tubuhnya lelah, dia sering terbiasa bangun karena dia merasa perlu untuk memeriksa apakah adiknya tidur dengan nyenyak.
Dan yang utama... Pharita sering meyakinkan dirinya sendiri bahwa adiknya... masih ada di sampingnya.
Bernafas.
Hidup.
Pharita tidak buta dengan apa yang terjadi. Menyadari betul bahwa dia bisa kapan saja kehilangan adiknya yang sudah sangat lemah. Itulah kenapa dia sering terbangun dan memeriksa Chiquita.
Ketika dia melihat Chiquita, yang meski kesulitan bernafas itu tertidur, Pharita menghela nafas lega.
Dia pun keluar dari kamar untuk mengambil air mineral, hanya untuk menyaksikan ibunya sedang duduk di sofa. Wajahnya mengerut seolah sedang memikirkan beban yang begitu berat.
"Eomma?" Panggil Pharita, mengejutkan ibunya.
"Pharita? Kau belum tidur, sayang?"
Ibunya bangkit, menyembunyikan sesuatu darinya. Sebuah kertas. Pharita telah melihatnya dan meski dari lampu yang redup, dia bisa melihat sebuah logo.
"Apakah itu tagihan dari Rumah Sakit, eomma?" Tanya Pharita sambil melangkah ke arah ibunya.
"Pharita, jangan ikut campur. Ini urusanku, oke? Ini tanggung jawabku." Kata ibunya.
Namun Pharita mengerutkan kening. Dia tetap melangkah ke arah ibunya dan meraih tangan ibunya.
Ibunya akhirnya hanya pasrah dan meraih kertas itu namun dia terkejut bukannya melihat hutang yang sebelumnya dia pikirkan, melainkan ada seseorang yang membayar tagihan rumah sakit Chiquita.
"Eomma?" Pharita menatap sang ibu yang kini kembali merebut kembali kertas tagihan itu.
"Itu... appa-mu." Kata Lisa. "Sudah kubilang, aku akan bertanggung jawab. "Aku akan bicara dengannya."
"Eomma, apakah kau... apa kau meminjam uang darinya?"
Ibunya langsung menundukkan kepalanya dan Pharita mengerang. Dia tak percaya. Apa yang ibunya pikirkan?
"Eomma, kenapa? Maksudku... di antara orang-orang yang kau kenal, benarkah? Harus appa? Kau lupa apa saja yang bisa dia lakukan untuk... kau tahu? Menjatuhkan kita?"
Ibunya hampir menangis mendengar kata-kata Pharita dan Pharita sendiri bahkan tidak memiliki tenaga untuk menghibur ibunya karena apa yang ibunya lakukan itu sangat salah.
"Itulah kenapa aku akan bicara lagi dengannya. Aku yang akan bertanggung jawab. Aku tidak akan membiarkan dia menyentuh salah satu anakku. Aku janji, Pharita." Kata ibunya sambil meraih tangan Pharita.
"Dan kau percaya dia bisa melakukan itu?" Tanya Pharita. "Bagaimana bisa kau pikir appa akan melakukan apa yang kau katakan sementara disini dia yang berkuasa. Dia yang punya uang dan dia juga yang bisa melakukan apapun padamu, pada Chiquita. Pada kita semua. Apakah kau sadar itu, eomma?"
Pharita sangat marah hingga dia mengabaikan ibunya yang kini sudah mulai menangis.
Apa gunanya menangis sekarang? Ibunya ini... tidak banyak membantu sekarang. Bukannya mempersempit masalah, dia malah memberi lebih banyak masalah yang membuat Pharita menggelengkan kepalanya.
Dia sangat cemas sekarang. Jika ayahnya melakukan sesuatu pada keluarganya, bagaimana ini?
"Maafkan eomma, nak. Eomma tidak tahu lagi bagaimana membayar biaya tagihan rumah sakit." Kata ibunya itu, menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT DIFFERENT
FanfictionTerkucilkan karena anak bungsu? Itu adalah makanan sehari-hari Chiquita yang sudah memiliki tiga orang kakak lainnya. Terlebih karena dia terlahir berbeda dengan ketiga kakaknya yang lain. Dari kepintarannya dan bahkan dari kesehatannya. Dia sangat...