Lavinia Everleigh adalah seorang fotografer muda dengan gairah besar untuk menjelajahi dunia. Hidupnya dipenuhi oleh kebebasan dan petualangan, mengabadikan keindahan alam di lokasi-lokasi eksotis yang hanya sedikit orang yang dapat mencapainya.
Di usia 25 tahun, Lavinia telah memantapkan namanya di dunia fotografi. Dengan sifat mandiri dan berjiwa bebas, dia selalu percaya bahwa tak ada batasan yang dapat menghentikannya.
Pada hari yang menentukan, Lavinia bersiap untuk melakukan perjalanan menuju pegunungan terpencil di Skotlandia. Dia berencana memotret pemandangan matahari terbenam yang dikabarkan hanya bisa dilihat dari tempat tersebut.
Meski sahabatnya, Eleanor, telah memperingatkan tentang cuaca yang tidak menentu, Lavinia tetap bertekad untuk berangkat.
"Ini terlalu berbahaya, Lavinia. Cuaca di gunung itu bisa berubah dalam sekejap," kata Eleanor dengan nada khawatir.
Lavinia tersenyum, merasa percaya diri dengan keputusannya. "Aku sudah menghadapi badai pasir di Sahara, Eleanor. Sedikit angin di Skotlandia tidak akan membuatku mundur."
"Tapi ini berbeda," desah Eleanor, menggelengkan kepala. "Ini bukan tentang keberanian, Lavinia. Ini tentang keselamatan."
"Dan keselamatan adalah hal terakhir yang kupikirkan saat aku mengejar momen sempurna," jawab Lavinia sambil tertawa kecil. "Foto terbaik selalu datang dari risiko terbesar. Aku tidak akan menyesal hanya karena takut menghadapi cuaca buruk."
Eleanor hanya bisa menghela napas panjang. "Kuharap kau benar, tapi setidaknya hati-hatilah, ya? Aku tak ingin membaca berita tentangmu terjebak badai."
"Tenang saja, aku sudah terbiasa," jawab Lavinia sambil mengemasi kameranya. "Aku akan baik-baik saja."
Dengan tekad membara, Lavinia berangkat ke pegunungan, meskipun cuaca mulai menunjukkan tanda-tanda buruk. Ketika sampai di puncak, badai salju tiba-tiba menyerang, menutupi pandangan Lavinia dan membuat langkahnya sulit.
Dia terus melawan angin kencang dan hujan salju, tetapi semakin lama, kekuatannya terkuras. Saat dia mencoba menuruni tebing yang licin, kakinya tergelincir, dan dunianya berubah menjadi kegelapan.
Saat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat, dan ketika dia melihat ke cermin di seberang tempat tidur, dia terkejut. Wajah yang dia lihat bukanlah wajahnya sendiri.
"Apa ini? Siapa aku?" gumamnya bingung, tangannya gemetar menyentuh wajah yang tak dikenalnya.
Seorang wanita tua masuk ke dalam ruangan, mengenakan seragam pelayan. "Duchess Lavinia, apakah Anda baik-baik saja? Duke Alistair akan segera tiba untuk makan malam. Haruskah saya memanggil tabib?"
Lavinia terdiam, mencoba memahami situasinya. "Duchess? Alistair? Apa yang kau bicarakan? Ini pasti mimpi..."
Wanita itu tampak kebingungan. "Anda terlihat pucat, Nyonya. Saya akan menyiapkan minuman panas untuk Anda."
"Aku... Aku di mana?" bisik Lavinia, merasa semakin panik. "Apa yang terjadi padaku?"
Pelayan itu mengerutkan kening, tetapi kemudian berkata dengan tenang, "Anda berada di Ravenswood Manor, Nyonya. Apakah Anda membutuhkan sesuatu yang lain?"
Lavinia menatap wanita itu tanpa berkata apa-apa. Perlahan-lahan, dia mulai menyadari bahwa jiwanya telah terperangkap di tubuh Lavinia Ravenswood, seorang wanita bangsawan di era Victoria di Inggris abad ke-19.
Tiba-tiba, kepala Lavinia terasa berdenyut, dan serangkaian kilasan kejadian singkat melintas dalam pikirannya. Dia melihat dirinya sendiri mengenakan gaun malam mewah, berbusana dalam balutan satin biru tua yang sangat elegan, berjalan di koridor panjang Ravenswood Manor yang megah. Ada suara tawa dan percakapan yang bersaing dengan alunan musik orkestra, mengisi suasana pesta malam.
Selanjutnya, gambaran kilasan itu berubah menjadi pertemuan hangat namun tegang di ruang tamu yang didekorasi dengan ornamen antik. Lavinia melihat dirinya duduk di dekat Duke Alistair Ravenswood, pria tampan yang menyandang pesona karismatik, berbicara dengan nada lembut namun penuh makna. Ada tatapan tajam di mata Alistair yang tampaknya mengandung lebih dari sekadar perhatian biasa.
Kilasan berikutnya menunjukkan Lavinia yang berjalan sendirian di taman yang dipenuhi bunga-bunga musim semi. Dia tampak tertekan, berusaha menenangkan diri dengan memegang sebuah buku yang dipegang erat di dadanya. Suara angin lembut berdesir di telinganya, menyatu dengan rasa kesepian yang mendalam.
Gambaran-gambaran ini berlanjut hingga Lavinia melihat sosoknya sendiri berbaring di ranjang dengan ekspresi putus asa, sementara Alistair berdiri di dekatnya, tampak dingin dan tidak peduli. Suasana ruangan sangat kontras dengan kehangatan sebelumnya, menambah rasa sakit hati yang tak tertahan.
Lavinia terjaga dari kilasan itu, tubuhnya bergetar karena campuran emosi yang intens. Dia menyadari bahwa hidup barunya sebagai Lavinia Ravenswood dipenuhi dengan tekanan dan ketegangan, di tengah-tengah intrik keluarga yang tidak ia ketahui sepenuhnya.
Kini, Lavinia harus menghadapi dunia yang baru ini, di mana setiap langkahnya berpotensi membawa risiko besar.
Lavinia, yang terbiasa dengan kebebasan modern, kini harus hidup sebagai Duchess dalam lingkungan aristokrat yang penuh dengan intrik, pengkhianatan, dan adat yang membelenggu. Suaminya, Duke Alistair Ravenswood, adalah pria tampan yang terkenal dengan kecerdasannya, tetapi juga dengan rumor perselingkuhan dan hubungan terlarang.
Jiwa Lavinia yang bebas dan petualang kini terperangkap dalam tubuh wanita yang mencoba melarikan diri dari pernikahan penuh obsesi. Alistair sangat mencintai Lavinia dengan cara yang posesif, namun di balik senyuman dan perhatiannya, tersimpan rahasia gelap yang mengancam kebebasan Lavinia.
Dia kini harus memutuskan, apakah akan memainkan peran sebagai Duchess Ravenswood atau berjuang mencari jalan untuk kembali ke dunianya sendiri.
Namun, semakin lama Lavinia berada di tubuh Lavinia Ravenswood, semakin ia terlibat dalam misteri kelam keluarga Ravenswood, dan perasaannya terhadap Alistair yang penuh teka-teki mulai menggoyahkan tekadnya.
...
Judul ‘The Duchess's Deception’ menggambarkan inti dari cerita yang penuh intrik dan kebohongan. "Deception" atau "penipuan" merujuk pada beberapa elemen kunci dalam plot cerita.
Dengan demikian, The Duchess's Deception mencerminkan tema besar cerita, yaitu bagaimana kebohongan, baik dari luar maupun dalam diri sendiri, mempengaruhi kehidupan dan keputusan karakter utama, serta bagaimana mereka harus menghadapi dan mengatasi penipuan dalam berbagai bentuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...