Malam itu, Lavinia menyusun rencana dengan hati-hati. Ia tidak bisa membiarkan siapa pun tahu tentang kepergiannya, terutama Alistair. Ia memilih gaun sederhana dan mantel tebal yang tidak mencolok, mengenakan tudung untuk menyembunyikan wajahnya, lalu dengan perlahan menyelinap keluar dari Ravenswood Manor.
Dengan bantuan seorang pelayan tua yang masih loyal kepadanya, Lavinia berhasil mendapatkan kuda tanpa banyak pertanyaan.
Perjalanan menuju penginapan tua di tepi desa Hargrove terasa panjang, gelap, dan penuh kecemasan. Hatinya terus bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ingin Miriam katakan? Apa rahasia yang ia bawa? Dan mengapa ia menyebutkan pernikahannya?
Saat ia tiba di penginapan yang dimaksud, suasananya sangat sunyi. Cahaya lilin remang-remang menerangi bagian dalam bangunan kayu yang sudah tua.
Lavinia turun dari kudanya, merasa ada ketegangan di udara. Ia melangkah masuk, menemukan Miriam menunggunya di salah satu meja di sudut ruangan.
“Miriam,” Lavinia memanggil, suaranya setengah lega, setengah penasaran.
Miriam berdiri, wajahnya penuh kelegaan sekaligus kegelisahan. “Your Grace,” jawabnya, melangkah mendekat. “Terima kasih telah datang.”
Namun, sebelum Lavinia bisa berbicara lebih jauh, matanya tertuju pada sosok pria yang duduk di dekat Miriam. Pria itu berdiri, tubuhnya tinggi dan kokoh, mengenakan mantel hitam yang terlihat elegan meski usang.
Wajahnya memancarkan aura percaya diri dengan rahang tegas, mata biru seperti es, dan rambut hitam yang ditata rapi.
Lavinia mengerutkan kening. “Siapa dia?” tanyanya, waspada.
Miriam melirik pria itu, seolah meminta izin sebelum berbicara. Pria itu mengangguk kecil, lalu berbicara sendiri dengan suara rendah namun penuh kekuatan.
“Christopher Sinclair,” ia memperkenalkan diri, suaranya membawa aksen yang tidak asing tetapi sulit dikenali.
Lavinia menatapnya dengan rasa curiga. “Aku tidak pernah mendengar nama Anda sebelumnya. Apa hubungan Christopher Sinclair dengan semua ini?”
Christopher tidak segera menjawab. Sebaliknya, ia menarik kursi untuk Lavinia, mengisyaratkan agar ia duduk. Miriam terlihat cemas, tetapi Christopher tetap tenang, seolah-olah ia memiliki kendali penuh atas situasi.
Lavinia duduk diam di kursi kayu tua, perasaan cemas melingkupi dirinya saat ia memandang Christopher Sinclair, pria yang baru saja dikenalkan oleh Miriam.
Mata pria itu penuh dengan kesedihan, seakan ada sebuah cerita kelam yang telah terpendam begitu lama, dan Lavinia merasa sesuatu yang gelap menggantung di antara mereka.
Miriam menatap Lavinia dengan tatapan penuh penyesalan. “Nyonya, selama ini Anda hidup dalam cengkraman yang begitu kuat, lebih dari yang bisa Anda bayangkan. Duke Alistair... dia tidak pernah mencintai Anda. Pernikahan ini, semuanya—hanya permainan untuknya.” Miriam berhenti sejenak, mencoba menenangkan dirinya. “Dia memaksakan Anda, mengendalikan Anda, dan menyembunyikan Anda dari dunia. Semuanya demi satu tujuan—agar bisnis keluarga Ravenswood tetap terjaga dan agar dia bisa terus mengendalikan segalanya.”
Lavinia merasakan hatinya terhimpit oleh kata-kata itu. Kenapa baru sekarang ia mendengar hal ini? "Tapi... aku tidak tahu," jawabnya, suaranya serak. "Aku tidak tahu bahwa semuanya hanya tipu daya."
Miriam mengangguk dengan sedih, kemudian melanjutkan, “Setelah Anda melarikan diri pertama kali, Anda berusaha menyembunyikan identitas Anda, mengganti penampilan Anda, dan mulai hidup sebagai Éloise Fournier. Pada saat itu, Anda bahkan baru tahu bahwa Anda sedang hamil. Anda sekarang benar-benar melupakan segalanya, Nyonya, termasuk siapa diri Anda yang sesungguhnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...