Perjalanan menuju Prancis memakan waktu berhari-hari. Ombak bergelombang membuat tubuh Lavinia lelah, tetapi semangatnya tetap menyala. Miriam, yang ternyata juga berhasil naik ke kapal pada detik terakhir, menemani Lavinia sepanjang perjalanan.
Dengan sabar, Miriam membantu Lavinia menyusun rencana hidup baru mereka. Dokumen palsu yang mereka bawa kini menjadi kunci untuk memulai kembali di negara yang asing.
Ketika akhirnya kapal berlabuh di pelabuhan kecil di utara Prancis, Lavinia menghela napas lega. Angin laut dingin mengelus wajahnya saat dia dan Miriam menuruni kapal. Mereka menyusuri dermaga, berbaur dengan keramaian para pekerja dan pedagang.
Dengan identitas baru, Lavinia kini dikenal sebagai "Madame Éloise Fournier," seorang janda bangsawan Inggris yang ingin tinggal di Prancis untuk memulai bisnis kecil. Miriam, yang menyamar sebagai pendampingnya, dipanggil "Marie."
Keduanya menyewa kamar kecil di penginapan sederhana di desa tepi laut. Miriam, dengan kemampuan komunikasinya yang tenang namun tegas, mulai mencari peluang kerja dan tempat tinggal tetap.
Sementara itu, Lavinia menghabiskan waktu mempelajari bahasa Prancis dan mengenal lingkungan barunya.
Namun, meski jauh dari Ravenswood Manor, bayang-bayang Alistair terus menghantui Lavinia. Dia tahu betul bahwa pria itu memiliki jaringan luas yang mampu menjangkau hingga ke luar negeri.
Lavinia menyadari bahwa dia harus tetap waspada, meskipun Prancis adalah awal yang baru.
Di Ravenswood Manor, Alistair tidak tinggal diam. Laporan tentang Lavinia yang naik kapal menuju Prancis membuatnya semakin terobsesi. Dia memanggil salah satu anak buahnya yang paling andal, Edmond, seorang pria cerdas dengan reputasi sebagai pelacak ulung.
"Temukan dia," perintah Alistair dengan nada dingin. "Gunakan semua sumber daya yang diperlukan, tetapi pastikan dia kembali padaku hidup-hidup."
Edmond, dengan senyum percaya diri, hanya mengangguk. "Saya akan menemukannya, Tuan. Itu janji saya."
Sementara itu, Lavinia dan Miriam akhirnya menetap di sebuah desa kecil bernama Saint-Malo. Mereka menyewa sebuah rumah sederhana dengan taman kecil di belakangnya.
Lavinia mulai menjual barang-barang rajutan dan sulaman, keterampilan yang dia pelajari sejak kecil. Kehidupan baru itu, meski sederhana, membawa kedamaian yang belum pernah dirasakan Lavinia sebelumnya.
Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Suatu hari, saat Lavinia sedang berbelanja di pasar, dia melihat seorang pria asing yang tampak mengawasinya dari kejauhan.
Tatapannya dingin, dan sikapnya mencurigakan. Lavinia segera meninggalkan pasar, berjalan cepat menuju rumahnya. Hatinya berdebar kencang.
Setibanya di rumah, dia menceritakan penglihatannya kepada Miriam. "Aku yakin dia salah satu orang Alistair," bisik Lavinia dengan suara gemetar.
Miriam mengangguk, wajahnya serius. "Kita harus bersiap. Jika mereka menemukanmu di sini, kita tidak punya pilihan selain pergi lagi."
Namun, Lavinia menolak untuk terus-menerus melarikan diri. "Aku tidak ingin hidupku diatur olehnya lagi, Miriam. Aku harus menemukan cara untuk melawan."
Miriam memegang tangan Lavinia dengan lembut. "Kalau begitu, kita harus melakukannya dengan cermat. Jika kau ingin melawan, kau perlu kekuatan dan dukungan."
Lavinia mengangguk, matanya bersinar dengan tekad baru. "Aku akan melawan, Miriam. Aku akan merebut kembali hidupku. Apa pun yang terjadi, aku tidak akan membiarkan dia menang."
Di Saint-Malo, Lavinia mulai merencanakan langkah berikutnya, tidak hanya untuk melindungi dirinya dari Alistair tetapi juga untuk memastikan bahwa dia bisa hidup bebas dan tanpa rasa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...