Waktu berlalu di desa kecil Port Lorna, dan Lavinia—atau Éloise Fournier, sebagaimana ia dikenal di sana—mulai terbiasa dengan kehidupan sederhana di desa pesisir ini.
Namun, kehamilannya yang semakin terlihat membuat Lavinia dan Marie harus mempertimbangkan langkah selanjutnya. Mereka tidak bisa tinggal di tempat yang sama terlalu lama, terutama dengan penduduk desa yang semakin penasaran tentang asal-usul Lavinia.
Suatu pagi, Lavinia duduk di tepi pantai, mengamati ombak yang bergulung perlahan. Perasaan tenang itu terusik ketika ia mendengar langkah kaki mendekat. Itu adalah Christopher, pria yang selalu tampak ramah namun penuh perhatian pada setiap gerak-geriknya.
“Aku tahu aku akan menemukanmu di sini,” ucap Christopher, menyapa dengan senyum khasnya.
Lavinia menoleh, menatapnya dengan lembut. "Pantai ini memberikan ketenangan. Tempat yang sempurna untuk berpikir."
Christopher duduk di sampingnya, menjaga jarak yang sopan. Ia memandang laut biru yang membentang di hadapan mereka. "Éloise, aku ingin bertanya sesuatu. Kau tidak harus menjawab jika kau merasa tidak nyaman."
Lavinia menghela napas, sudah terbiasa dengan pertanyaan samar dari Christopher. "Tanyakan saja."
"Aku tahu kau mencari kedamaian di sini. Tapi aku juga tahu kau membawa beban yang cukup berat," katanya dengan hati-hati. "Apapun itu, aku harap kau tahu bahwa aku di sini jika kau membutuhkan bantuan."
Lavinia menoleh, menatap mata Christopher yang jernih dan penuh ketulusan. Namun, ia tetap memilih untuk menjaga jaraknya. "Terima kasih, Christopher. Tapi aku yakin aku bisa mengatasinya sendiri."
Christopher tersenyum kecil. "Kau perempuan yang kuat, Éloise. Aku harap, suatu hari, kau akan percaya pada seseorang."
Lavinia tidak menjawab, tetapi kata-katanya menyentuh sesuatu di dalam hatinya.
Di sisi lain desa, Marie sedang membeli beberapa bahan makanan di pasar kecil Port Lorna. Mrs. Agnes McAllister, yang selalu mencari celah untuk mengorek informasi, mendekatinya.
"Marie, aku penasaran, bagaimana kau dan Éloise bisa sampai di Port Lorna? Tidak banyak orang luar yang memilih desa terpencil seperti ini," tanyanya dengan nada ramah, tetapi penuh maksud tersembunyi.
Marie tersenyum kecil, berusaha tetap tenang. "Kami hanya mencari tempat yang damai, Mrs. McAllister. Port Lorna sangat indah, bukan?"
"Indah memang," gumam Agnes, lalu mendekatkan wajahnya sedikit. "Tapi kupikir Éloise sedang menyembunyikan sesuatu. Ia terlihat seperti seseorang yang melarikan diri."
Marie tidak menunjukkan emosi, tetapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa mereka tidak bisa tinggal di Port Lorna lebih lama lagi. Lavinia terlalu mencolok di desa kecil ini, dan semakin lama mereka tinggal, semakin besar kemungkinan rahasia mereka terbongkar.
Malam itu, Lavinia dan Marie duduk di depan perapian kecil di rumah sewaan mereka. Kehamilan Lavinia kini memasuki bulan keempat, dan Marie semakin khawatir dengan kesehatannya.
"Kita harus segera pergi, Lavinia," kata Marie pelan. "Semakin lama kita di sini, semakin besar risiko orang-orang mengetahui rahasiamu."
Lavinia menatap api yang berkedip-kedip di depan mereka. "Aku tahu, Marie. Tapi aku belum tahu ke mana kita bisa pergi selanjutnya."
Marie menggenggam tangan Lavinia. "Aku akan selalu bersamamu. Tapi kau harus membuat keputusan sebelum orang seperti Agnes McAllister semakin curiga."
Lavinia mengangguk, meski hatinya penuh dengan kebimbangan. Port Lorna telah memberinya tempat yang tenang selama beberapa waktu, tetapi kini, ketenangan itu mulai terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...