Perjalanan Lavinia dan Marie terus berlanjut dalam keheningan penuh kewaspadaan. Sesekali, Lavinia—yang kini dikenal sebagai Éloise—menyandarkan kepalanya pada peti kayu di kereta kargo yang membawa mereka. Di sisi lain, Marie tetap berjaga, matanya terus memantau keluar celah-celah kecil.
Setelah melewati perbatasan, mereka tiba di sebuah penginapan kecil di pinggiran Edinburgh. Monsieur Beaulieu menurunkan mereka di tempat itu dengan beberapa arahan tambahan.
"Aku akan melanjutkan perjalananku esok pagi," katanya dengan suara tenang. "Jika kalian membutuhkan bantuan lebih jauh, cari Madame Beatrice di pasar kota. Dia akan tahu apa yang harus dilakukan."
"Terima kasih banyak atas bantuan Anda, Monsieur," ucap Lavinia dengan tulus.
Pria itu hanya mengangguk sebelum melanjutkan perjalanannya. Kini, Lavinia dan Marie berdiri di depan pintu penginapan kecil itu, menggigil karena udara dingin.
Ketika mereka masuk, pemilik penginapan menatap mereka dengan curiga, tetapi Lavinia berbicara dengan percaya diri, menggunakan aksen yang telah dilatihnya bersama Sister Marguerite.
"Kami hanya membutuhkan kamar untuk malam ini. Saya dan pelayan saya baru tiba dari perjalanan panjang."
Pemilik itu mengangguk setelah memeriksa koin yang diberikan Lavinia. "Baiklah, kamar ada di lantai atas, kedua dari kanan."
Setelah masuk ke kamar, Lavinia melepas kerudungnya dan duduk di tepi tempat tidur yang keras. "Marie, kita harus bergerak cepat besok pagi. Aku tidak ingin menunggu terlalu lama di satu tempat."
Marie, yang tetap berdiri di dekat pintu, mengangguk. "Seperti perintah Nyonya," jawabnya dengan hormat.
Lavinia menatap Marie dengan sorot mata yang melembut. "Marie, kau tahu kau tidak harus terus memanggilku seperti itu. Kita ada dalam situasi berbeda sekarang."
Marie tersenyum tipis, tetapi tidak mengubah nada suaranya. "Bagaimanapun juga, Nyonya tetaplah Nyonya saya. Di mana pun kita berada, peran saya tidak akan berubah."
Lavinia mendesah, tetapi tidak lagi memprotes. Dalam hati, dia tahu Marie tetap memanggilnya seperti itu bukan hanya karena loyalitas, tetapi juga untuk menjaga identitas mereka di hadapan orang lain. Meski mereka berusaha membaur, ikatan lama itu tetap terasa kuat.
Di malam yang dingin, Lavinia merenung di jendela, memandang lampu-lampu kota yang redup di kejauhan. Dia tahu hidupnya telah berubah sepenuhnya, tetapi yang paling mengganggunya adalah rahasia yang kini dia bawa: anak dalam kandungannya.
Marie, yang duduk di sudut ruangan, memerhatikan Nyonya-nya dengan seksama. Dia tahu ada sesuatu yang berat di pikiran Lavinia, tetapi dia memilih tidak bertanya. Sebagai pelayan setia, dia tahu kapan waktu yang tepat untuk berbicara.
"Marie," suara Lavinia memecah keheningan.
"Ya, Nyonya?"
"Apakah menurutmu aku mengambil jalan yang benar? Melarikan diri seperti ini, meninggalkan segalanya?"
Marie berdiri dan mendekati Lavinia. "Nyonya, Anda tidak melarikan diri tanpa alasan. Anda hanya mencari kebebasan, kehidupan yang lebih baik, bukan hanya untuk Anda, tetapi juga untuk anak Anda. Itu adalah jalan yang benar."
Lavinia menatap Marie dengan mata yang basah. "Aku tidak tahu apa aku bisa melindunginya. Alistair tidak akan berhenti sampai dia menemukanku."
Marie menggenggam tangan Lavinia dengan erat. "Kita tidak akan membiarkan itu terjadi, Nyonya. Apa pun yang terjadi, saya akan tetap bersama Anda, melindungi Anda dan anak itu."
Lavinia tersenyum tipis, meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan. "Terima kasih, Marie. Aku tidak tahu apa aku bisa bertahan tanpa dirimu."
Sementara itu, di Ravenswood Manor, suasana mencekam menyelimuti ruangan kerja Duke Alistair. Peta besar terbentang di atas meja dengan beberapa titik merah menandai lokasi pencarian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...