06. Shattered Dignity

468 38 2
                                    

Malam itu, Lavinia nyaris tidak bisa tidur. Ketakutan dan ketegangan menguasai pikirannya. Besok adalah hari yang akan menentukan segalanya, namun di hatinya, bayang-bayang Alistair terus menghantui.

Meskipun Margaret sudah memastikan bahwa rencana mereka aman, Lavinia tahu bahwa satu langkah yang salah bisa berakhir dengan bencana.

Ketika pagi tiba, Lavinia bangun lebih awal dari biasanya. Margaret sudah siap dengan semua persiapan; kusir yang mereka percaya sudah menunggu di pintu belakang manor. Waktunya hanya sebentar—Lavinia harus pergi sebelum Alistair menyadari bahwa dia tidak ada di dalam rumah.

Namun, tepat ketika Lavinia akan meninggalkan kamarnya, pintu terbuka dengan keras, dan Alistair muncul di ambang pintu. Matanya penuh kecurigaan, dan senyumnya yang licik tampak lebih gelap dari biasanya. Dia berdiri tegak, seolah-olah dia sudah tahu semuanya.

"Lavinia," katanya dengan nada rendah dan dingin, "ke mana kau hendak pergi pagi-pagi begini?"

Lavinia terpaku di tempatnya. Jantungnya berdegup kencang, dan tangannya gemetar. Dia berusaha menenangkan diri, berpikir cepat untuk mencari alasan yang masuk akal.

"Aku hanya... ingin berjalan-jalan di taman," jawabnya pelan, mencoba terdengar tenang. "Aku butuh udara segar."

Alistair menatapnya lama, kemudian mengambil langkah maju. “Jangan berbohong padaku, Lavinia. Kau tahu aku tidak suka kebohongan.”

Dia mendekati Lavinia, dan Lavinia merasakan ketegangan semakin menebal di antara mereka. Alistair meraih dagunya dengan kasar, memaksanya untuk menatap langsung ke matanya. "Kau berpikir untuk melarikan diri, bukan?"

Lavinia terkejut, tetapi dia berusaha menutupi rasa takutnya. "Tidak, Alistair. Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."

Alistair menghela napas panjang, lalu melepaskan tangannya dari dagu Lavinia dengan tiba-tiba. "Jangan berpikir aku bodoh, Lavinia. Aku tahu setiap langkah yang kau rencanakan. Margaret mungkin berhasil menyembunyikannya dariku untuk sementara waktu, tapi tidak ada yang bisa lolos dari pengawasanku."

Lavinia merasa darahnya membeku. Bagaimana bisa Alistair mengetahuinya? Apakah Margaret mengkhianatinya? Atau apakah Alistair memiliki mata-mata di dalam manor yang mengawasi setiap gerak-geriknya?

"Margaret..." bisiknya pelan, hampir tidak bisa mempercayainya.

Alistair tertawa kecil, senyum jahat menghiasi wajahnya. “Margaret tidak mengkhianatimu, jika itu yang kau pikirkan. Tapi aku punya cara untuk mengetahui apa yang kau lakukan. Jangan salah, Lavinia, aku mengendalikan segalanya di sini. Tidak ada yang bisa lolos dari Ravenswood tanpa sepengetahuanku.”

Rasa putus asa mulai menguasai Lavinia. Semua rencana yang telah ia susun dengan hati-hati hancur di depan matanya. Alistair sudah tahu semuanya, dan sekarang dia terjebak. Tidak ada jalan keluar.

“Apa yang kau inginkan dariku, Alistair?” tanya Lavinia dengan suara lirih, hampir putus asa. “Aku tidak bisa hidup seperti ini, di bawah kekuasaanmu. Aku butuh kebebasan.”

Alistair mendekat lagi, kali ini dengan sikap yang lebih menakutkan. "Kau milikku, Lavinia. Kebebasan? Itu hanya ilusi. Di sini, kau akan melakukan apa yang kuinginkan, kapan pun aku menginginkannya."

Dia menunduk lebih dekat, seakan mengancamnya dengan kehadirannya yang mencekam. “Aku mengingatkanmu sekali lagi, jangan pernah mencoba melarikan diri. Aku akan mengejarmu ke mana pun kau pergi, dan aku akan membuatmu menyesali setiap langkah yang kau ambil.”

Lavinia merasa tubuhnya melemah. Dia ingin melawan, berteriak, tetapi ketakutan telah menguasai dirinya. Alistair benar-benar tak terkendali, dan sekarang dia tahu bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan tanpa risiko besar.

The Duchess's DeceptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang