Alistair menarik paksa Lavinia ke dalam kamarnya. Tenaganya begitu kuat sehingga Lavinia tak mampu melawan. Begitu mereka masuk, Alistair menutup pintu dengan keras dan menguncinya dari luar.
"Kau tak akan ke mana-mana," katanya tajam, menatap Lavinia yang terduduk di lantai. "Dan jangan berpikir untuk mencoba kabur lagi, Lavinia. Kau telah mempermalukan aku untuk yang terakhir kali."
Lavinia menangis dalam diam. la menatap punggung Alistair yang pergi meninggalkan kamar, meninggalkannya terkunci di dalam tanpa kesempatan untuk menyelamatkan Christopher dan Miriam.
Sementara itu, Christopher dan Miriam dibawa ke ruang bawah tanah yang gelap dan dingin. Ruangan itu lebih mirip penjara dengan dinding batu kokoh dan pintu besi berat. Lilin-lilin kecil menerangi sudut-sudut ruangan, memberikan kesan menyeramkan.
Alistair melangkah masuk dengan tenang, diikuti oleh anak buahnya yang mendorong Christopher dan Miriam masuk ke dalam dua sel yang berbeda.
Alistair berdiri di tengah ruangan, tangan di saku, wajahnya dingin dan tanpa ampun. "Jadi, ini yang kau sebut kesetiaan?" tanyanya dengan suara rendah, tetapi tajam. "Miriam, kau telah bekerja untuk Lavinia selama bertahun-tahun. Dan kau, Christopher... seorang pria yang tak tahu tempatnya. Kau berani menyentuh sesuatu yang milikku."
Christopher, dengan wajah penuh luka akibat pukulan sebelumnya, berdiri di balik jeruji besi. "Lavinia bukan barang milikmu, Alistair. Dia berhak atas kebebasannya. Kau hanya seorang pengecut yang tidak tahu bagaimana memperlakukan wanita dengan hormat."
Mata Alistair menyipit, dan ia mendekati sel Christopher. "Kau begitu berani berbicara tentang kehormatan, padahal kau hanyalah seorang pria rendahan yang mencoba mencuri istriku dan anakku."
"Kau bahkan tidak peduli pada mereka!" Christopher membalas, menatap tajam ke arah Alistair. "Kau hanya peduli pada kekuasaan dan pengaruhmu. Kau bahkan tidak mencintainya!"
Seketika, tangan Alistair menghantam jeruji besi dengan keras, membuat suara bergema di seluruh ruangan. "Diam!" teriaknya dengan amarah membara. "Apa yang kulakukan pada Lavinia adalah urusanku. Bukan urusanmu!"
Di sisi lain, Miriam menangis. la berlutut di lantai selnya, memandang Alistair dengan penuh permohonan. "Tuan, kumohon... jika Anda ingin menghukum seseorang, hukum aku. Aku yang memengaruhi Lavinia untuk pergi. Aku yang merencanakan semuanya. Tapi jangan sakiti Christopher atau Lavinia. Kumohon..."
Alistair mendekati sel Miriam, wajahnya tanpa belas kasihan. "Kau berani menyebut namaku seolah aku akan memaafkanmu?"
"Tuan, aku tahu aku bersalah," Miriam memohon, suaranya gemetar. "Tapi aku hanya ingin Lavinia bahagia. Aku hanya ingin dia hidup bebas, jauh dari kekejaman ini."
"Kekejaman?" Alistair tertawa sinis. "Kau menyebut tanggung jawabku sebagai suami dan ayah sebagai kekejaman? Kau benar-benar tidak tahu tempatmu, Miriam."
Miriam menggigit bibirnya, mencoba menahan air matanya. "Aku tahu kau punya kuasa atas hidupku, Tuan. Tapi aku tidak takut mati jika itu berarti Lavinia akan bebas darimu."
"Kau pikir aku akan membunuhmu?" Alistair tersenyum dingin. "Tidak, Miriam. Kematian adalah hadiah. Kau akan hidup... tapi dengan rasa sakit yang cukup untuk membuatmu menyesal pernah berkhianat padaku."
Christopher berteriak dari selnya, matanya penuh amarah. "Kalau kau menyentuhnya, Alistair, aku bersumpah, aku akan menemukan cara untuk menghancurkanmu!"
"Kau tak dalam posisi untuk bersumpah apa pun, Christopher," balas Alistair dengan nada mengejek. "Tapi tenang saja, aku tidak akan membiarkanmu mati dengan mudah. Aku akan memastikan kau hidup cukup lama untuk menyaksikan Lavinia kembali padaku. Dengan sukarela."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...