Pagi itu, udara di Ravenswood Manor terasa lebih dingin dari biasanya. Namun, Lavinia tahu bahwa bukan cuaca yang membuatnya merasa seperti ini. Jantungnya berdegup kencang, penuh dengan kecemasan dan kebencian yang bercampur menjadi satu.
Sinar matahari yang masuk dari jendela besar di kamarnya sama sekali tidak bisa menghangatkan hatinya yang penuh keraguan. Ia merasa seperti dikepung oleh tembok-tembok yang tidak kasat mata, seperti seekor burung yang terjebak dalam sangkar emas. Dan sangkar itu semakin hari semakin sempit.
Setelah Eliza meninggalkan kamar, Lavinia duduk termenung di tempat tidur. Malam yang baru saja ia lalui begitu menyiksa, bukan hanya karena Alistair, tapi juga karena pikirannya yang terus-menerus dikejar perasaan bersalah.
Margaret, pelayan yang begitu setia, kini dihukum karena dirinya. Lavinia tidak tahu pasti apa yang telah dilakukan Margaret yang membuatnya mendapatkan hukuman, tetapi ia tahu bahwa ini semua berakar dari dirinya.
“Aku harus menemui Alistair,” gumam Lavinia pelan, meski ada sedikit keraguan dalam suaranya. Pria itu selalu memegang kendali penuh, dan setiap kali Lavinia mencoba melawan atau menentang, hukumannya semakin berat.
Tapi kali ini, Lavinia tidak punya pilihan. Dia harus melindungi Margaret. Wanita paruh baya itu sudah melayani keluarga Ravenswood selama bertahun-tahun, dan tidak pantas dihukum atas sesuatu yang bukan kesalahannya.
Setelah mempersiapkan dirinya secara mental, Lavinia bangkit dari tempat tidur. Tubuhnya masih terasa lemah dan nyeri dari malam sebelumnya, tetapi ia memaksa dirinya untuk berdiri tegak. Dengan langkah-langkah mantap, Lavinia meninggalkan kamarnya, berjalan menyusuri lorong panjang yang membawa kenangan buruk setiap kali ia melewatinya.
Di setiap sudut, ia bisa merasakan bayangan Alistair yang selalu mengintai, meskipun pria itu tidak ada di sana. Kehadirannya begitu mendominasi, begitu kuat.
Lavinia tahu bahwa Alistair mungkin berada di ruang kerjanya. Pagi-pagi seperti ini, dia biasanya mengurus bisnis keluarga atau sekadar menikmati kemenangan kecilnya dalam mengontrol segala hal di Ravenswood Manor.
Dengan napas yang semakin berat, Lavinia tiba di depan pintu kayu besar ruang kerja Alistair. Ia mengangkat tangannya, ragu sejenak, sebelum mengetuk.
“Masuk,” suara Alistair terdengar dari balik pintu. Suara itu selalu membuat bulu kuduk Lavinia meremang, penuh dengan kekuasaan dan ancaman yang terselubung.
Lavinia membuka pintu dengan perlahan dan masuk ke dalam ruangan. Alistair duduk di belakang meja kayu mahoni besar, dengan jendela besar di belakangnya yang memancarkan cahaya matahari pagi.
Ia mengenakan setelan gelap, tampak berwibawa seperti biasa, dan menatap Lavinia dengan sorot mata tajam yang seolah-olah bisa melihat langsung ke dalam pikirannya.
“Lavinia,” sapanya dengan nada datar, tetapi penuh pengaruh. “Apa yang membawamu ke sini pagi ini?”
Lavinia menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya sebelum berbicara. "Aku ingin membicarakan Margaret," katanya pelan, tetapi suaranya tegas. "Aku dengar dia dihukum karena kejadian beberapa hari yang lalu."
Alistair mengangkat satu alis, seakan-akan terkejut mendengar Lavinia mengangkat topik ini. "Margaret melanggar aturan, dan setiap pelanggaran di Ravenswood ada konsekuensinya," jawabnya dingin. "Kau tahu itu."
Lavinia mengepalkan tangannya di samping gaunnya, berusaha menahan diri untuk tidak marah. "Tapi dia tidak bersalah," lanjutnya dengan suara yang lebih kuat.
"Jika ada yang harus disalahkan, itu aku. Margaret hanya melakukan tugas yang aku berikan. Jika ada hukuman yang harus dijatuhkan kepadanya, biarlah aku yang menerimanya, bukan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...