17. A Whisper of Freedom

116 18 0
                                    


Malam itu, suasana Ravenswood Manor sunyi. Bulan bersinar penuh, memancarkan cahaya lembut yang memantulkan bayangan panjang dari pohon-pohon besar di halaman.

Lavinia berdiri di depan cermin kamarnya, matanya memandang bayangan dirinya yang tampak lelah. Namun, di balik kelelahan itu, ada tekad yang kuat. Tekad untuk melarikan diri dari cengkeraman Duke Alistair.

Lavinia telah menyusun rencana matang selama berminggu-minggu. Dia tahu setiap sudut manor, setiap jadwal pelayan, dan bahkan rotasi penjaga. Dia memanggil Miriam malam itu, memastikan bahwa pelayannya yang pendiam mengetahui semua detailnya.

Miriam mengetuk pintu sekali sebelum masuk, membungkuk hormat seperti biasa. "Duchess Lavinia, Anda memanggil saya?"

Lavinia menoleh, memastikan tidak ada siapa pun yang menguping di luar. "Ya, Miriam. Sudah waktunya."

Miriam, meskipun tampak tenang, merasakan desakan yang berbeda dari biasanya dalam suara Lavinia. "Apakah Anda yakin, Duchess? Ini bukan keputusan yang mudah."

Lavinia menarik napas dalam-dalam, menatap mata Miriam. "Aku lebih baik hidup di dunia luar yang tidak pasti daripada terkurung di dalam manor ini, di bawah kendali pria yang tak peduli pada kebahagiaanku."

Miriam mengangguk. "Baiklah, saya akan membantu Anda, tetapi Anda harus berhati-hati. Penjaga malam lebih waspada belakangan ini."

Rencana dimulai. Miriam diam-diam mengalihkan perhatian penjaga di pintu belakang dengan membawa nampan makanan untuk mereka.

Sementara itu, Lavinia mengenakan mantel gelap dan kerudung yang sepenuhnya menutupi wajahnya. Dia memasukkan beberapa barang ke dalam tas kecil—uang tunai yang dia kumpulkan diam-diam, perhiasan yang bisa dijual, dan surat-surat penting.

Dia membuka pintu kecil yang tersembunyi di belakang perpustakaan manor—pintu yang dia ketahui dari buku catatan keluarga Alistair. Pintu itu mengarah ke lorong bawah tanah yang jarang digunakan.

Dengan langkah hati-hati, dia menavigasi lorong gelap itu, memanfaatkan cahaya kecil dari lentera yang dia bawa. Lorong itu berakhir di luar pagar belakang manor, di balik semak-semak lebat.

Lavinia mempercepat langkahnya, memastikan jejaknya tertutupi oleh bayang-bayang malam.

Miriam telah memberinya petunjuk ke tempat di mana dia bisa menemukan seorang nelayan yang sering berlayar pada malam hari.

Setibanya di dermaga kecil, Lavinia menyesuaikan kerudungnya lebih rapat untuk memastikan tidak ada yang mengenalinya.

Dermaga itu sepi, hanya terdengar suara air yang memecah keheningan malam. Dia melihat seorang pria tua yang sedang mempersiapkan perahu kecilnya.

"Pak," Lavinia memanggil dengan suara rendah, mencoba menyembunyikan nada suaranya yang khas. "Apakah Anda akan berlayar malam ini? Saya membutuhkan tumpangan."

Pria itu menoleh, menatapnya dengan curiga. "Siapa Anda, dan mengapa Anda pergi larut malam seperti ini?"

"Aku... seorang pengelana," jawab Lavinia dengan singkat. "Aku harus pergi ke kota terdekat sebelum fajar. Aku bisa membayarmu."

Dia membuka tas kecilnya, menunjukkan sekeping emas yang cukup menarik perhatian pria itu. Dengan sedikit enggan, pria itu akhirnya mengangguk.

"Naiklah. Kita akan segera berangkat."

Saat perahu mulai melaju perlahan di atas air yang tenang, Lavinia menatap ke belakang, ke arah bukit tempat Ravenswood Manor berdiri megah dalam keheningan malam.

Hatinya terasa berat, sebagian karena rasa bersalah meninggalkan Miriam dan kehidupan yang pernah dia kenal, tetapi juga karena perasaan lega yang luar biasa.

The Duchess's DeceptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang