04

81 8 2
                                    

Hari Senin, razia mingguan kembali digelar di sekolah. Sudah menjadi kebiasaan bagi para murid, terutama kelas XI, termasuk Angkasa dan teman-temannya di XI IPS 3. Mereka santai, merasa tak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, suasana mendadak berubah saat salah satu guru BK mengangkat sebuah tas hitam dari deretan tas di belakang kelas.

"TAS SIAPA INI?" tanya guru BK dengan nada serius.

Davin, yang duduk di sebelah Angkasa, langsung menoleh. "Sa, itu tas lo!" serunya.

Angkasa menoleh cepat, matanya membelalak. "Hah? Njir."

"Saya, Bu," jawab Angkasa sambil mengangkat tangannya.

"Sini, kamu," perintah guru BK, meminta Angkasa maju ke depan.

Dengan langkah agak ragu, Angkasa mendekati guru BK. Tasnya diserahkan, dan guru BK itu langsung menanyainya. "Apa ini yang kamu bawa? Kamu mau sekolah atau buka toko?"

Angkasa bingung. Setahunya, tasnya hanya berisi barang-barang biasa. Tapi saat ia membukanya, ia tersentak melihat isinya.

"Sialan! Gati pendek, awas lo," batinnya geram, yakin ini ulah Tiany, musuh bebuyutannya.

"Keluarkan satu-satu isi dalam tas itu," perintah guru BK tegas.

Dengan tangan gemetar, Angkasa mulai mengeluarkan isinya satu per satu.

"Apa itu?" tanya guru BK.

"T-toge, Bu," jawab Angkasa pelan.

"Untuk apa kamu bawa toge? Mau masak sayur di sini?" hardik guru BK galak.

"Saya nggak tau, Bu. Serius, saya nggak tau gimana toge ini ada di tas saya," jawab Angkasa, makin bingung.

Guru BK tak menggubris. "Terus, apa toge punya kaki, bisa jalan ke tas kamu? Keluarkan lagi!"

Angkasa menuruti perintahnya. Kali ini, dia mengeluarkan... piring.

"Kenapa kamu bawa piring?" Guru BK mulai terlihat makin jengkel.

"Bu, saya benar-benar nggak tau gimana ini bisa ada di tas saya," ucap Angkasa putus asa.

Guru BK semakin tegas, "Saya nggak peduli penjelasan kamu, Angkasa. Itu barang ada di tas kamu, jadi kamu yang tanggung jawab. Sekarang keluarkan yang lain."

Angkasa ragu. Tangannya berhenti di dalam tas, meraba barang terakhir yang belum ia keluarkan. Dia tahu betul apa yang akan terjadi setelah ini, dan harga dirinya benar-benar hancur di hadapan semua teman-temannya.

"Gw bales lo, pendek! Liat aja nanti," batin Angkasa penuh dendam.

"Ayo, Angkasa, keluarkan barang itu!" desak guru BK.

Dengan gerakan pelan, Angkasa mengeluarkan barang terakhir dari tasnya. Seketika, seluruh kelas pecah dalam tawa. Gelak tawa memenuhi ruangan. Beberapa murid bahkan tertawa sampai terjatuh dari kursinya.

"HAHAHA! Celana dalam Spongebob!" teriak seseorang dari belakang kelas.

Ya, benda itu adalah celana dalam bergambar Spongebob, dan di sebelahnya ada satu lagi... bergambar gajah.

Angkasa ingin menghilang saat itu juga. Mukanya memerah, dan ia tahu semua ini adalah hasil dari kejahilan Tiany.

Guru BK pun, meskipun menahan tawa, tetap tegas. "Sekarang jelaskan, kenapa kamu bawa celana dalam karakter ini? Mau kamu pakai di sini?"

Angkasa tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menggeleng, ingin semua ini cepat berlalu.

"Sekarang, sebagai hukuman, kamu hormat bendera sampai istirahat kedua selesai!" perintah guru BK.

"Fuck," umpat Angkasa pelan sambil berjalan keluar kelas, menahan rasa malunya.

Angkasa melangkah dengan langkah guntai menuju lapangan untuk menjalankan hukuman dari sang guru. Setiap langkahnya penuh dengan rasa kesal yang tak tertahan. Pikiran tentang Tiany dan segala kebenciannya masih memenuhi kepalanya, membuatnya semakin marah.

"Kurang ajar," gerutunya sambil menendang-nendang kerikil kecil di sepanjang jalan. "Gue bakal bales dendam nih, biar dia tahu rasa!"

Dia menggerutu lebih keras, "Lo udah buat gue malu di depan teman-teman gue. Sekarang giliran gue buat lo merasakan hal yang sama. Liat aja, Tiany, nanti lo bakal nyesel udah bikin gue kayak gini."

Setiap kata-kata marahnya semakin membakar semangat balas dendamnya. Angkasa bertekad untuk membuat Tiany merasakan akibat dari semua pertengkaran dan ketegangan yang telah terjadi di antara mereka. Dalam benaknya, hukuman ini menjadi sebuah kesempatan untuk membuktikan siapa yang lebih kuat, siapa yang lebih berkuasa.

~~~

Sementara itu, di kelas sebelah, Tiany sedang menikmati momen kemenangan. Senyum-senyum puas tak lepas dari wajahnya, seolah baru saja memenangkan lotere.

"Ngapa nih orang senyum-senyum sendiri?" tanya Karisa, penasaran melihat Tiany yang dari tadi terus tersenyum.

"Kena kali mentalnya," jawab Cesi santai.

"Sialan lo, gue lagi seneng banget, guys. Jadi hari ini gue traktir kalian!" seru Tiany, penuh semangat.

"Sumpah? Gas lah!" balas Cesi penuh antusias.

"Nah, gini nih yang gue suka!" tambah Tania, ikut semangat.

Mereka tertawa bersama, menikmati kemenangan kecil Tiany atas Angkasa, tanpa tahu bahwa dendam baru sedang disiapkan oleh musuh bebuyutan mereka.





--- SE - HATI ----

Se-Hati [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang