14

75 7 0
                                    

Sesampainya di kantin, Tiany mengedarkan pandangannya, namun ia tak menemukan keberadaan sahabat-sahabatnya. Ia pun memutuskan untuk menelpon Tania.

"Halo," suara Tania terdengar di ujung telepon.

"Di mana?" tanya Tiany singkat.

"Warung belakang," jawab Tania.

"Otw," balas Tiany cepat, sambil langsung melangkah menuju tujuan.

Dalam perjalanan menuju warung belakang, Tiany tak sengaja bertemu dengan Mahesa.

"Hey, Tia," sapa Mahesa dengan senyuman.

"Iya?" Tiany menoleh, "Eh, Bang Esa, ada apa?"

"Mau ke mana? Kok sendirian?" tanya Mahesa.

"Ah, ini, Tia mau ke warung belakang," jawab Tiany sambil tersenyum kecil.

"Warung belakang?" Mahesa mengangkat alis.

"Iya, sahabat-sahabat Tia ada di sana semua," jelasnya.

"Ohh begitu, kebetulan kalau gitu Abang juga mau ke sana. Bareng aja yuk," tawar Mahesa.

"Boleh," jawab Tiany, menerima ajakan itu dengan senyuman.

Mereka pun berjalan bersama menuju warung belakang.

Belum sempat mereka melangkah, suara kecil yang familiar terdengar dari kejauhan.

"Kakakkkkk!" panggil Arumi sambil berlari kecil mendekati mereka, napasnya terengah-engah. "Huh huh huh... Kakak, kakak mau ke mana?"

"Kakak mau ke warung belakang," jawab Mahesa sambil menatap adiknya yang kini berdiri di depan mereka.

"Ikutttt!" seru Arumi dengan antusias.

Tiany menghela napas sambil tersenyum kecil. "Ngapain sih dek, nanti kamu bosan di sana, terus ngerengek minta balik."

"Enggak, adek enggak akan bosen. Di sana kan ada Bang Asa juga," jawab Arumi polos.

Tiany, yang berdiri di samping Mahesa, langsung memutar bola matanya, terlihat sedikit malas mendengar nama Angkasa disebut.

"Iya, di sana ada Angkasa," jawab Mahesa santai.

"Loh, Bang Esa ada di sini?" tanya Arumi sambil terkekeh.

Mahesa tersenyum lebar, "Kenapa kaget, hm? Masa nggak lihat Abang yang segede ini?"

"Hehehe, Rumi nggak lihat," jawab Arumi sambil tertawa kecil. "Abang, boleh kan Rumi ikut?"

"Tentu, kenapa tidak?" balas Mahesa lembut.

Tapi Tiany tak bisa menahan dirinya untuk protes. "Tapi, Bang..."

"Udah, nggak apa-apa, Tia. Sekali-kali biar Rumi ikut," potong Mahesa, menenangkannya.

"Yeyyy! Let's go, Kakak! Abang!" seru Arumi dengan semangat sambil menggandeng tangan Mahesa dan Tiany.

Dengan senyum kecil dan perasaan campur aduk, Tiany pun akhirnya berjalan bersama mereka menuju warung belakang.

Sesampainya di warung belakang, Tiany langsung menyapa teman-temannya.

"Hai," sapanya ceria.

"Ini dia yang ditunggu-tunggu, lama banget sih," ucap Tania sedikit menggerutu.

"Sorry, tadi ada bocil yang ngerengek minta ikut," jawab Tiany sambil melirik Arumi.

"Ih, kakak! Aku bukan bocil," protes Arumi dengan pipi menggembung.

"Iya, iya," Tiany tertawa kecil.

"Loh, Rumi ikut juga?" tanya Karisa kaget melihat adik Tiany.

"Iya kakak," jawab Rumi dengan polos.

Se-Hati [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang