15

140 8 7
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Tiany sedang bersantai di kamarnya sambil asyik bermain handphone. Tiba-tiba, ponselnya bergetar.

Drrttt... drrttt...

Nama "Asep" langsung terpampang di layar.

"Ck, ngapain sih nih orang?" gumam Tiany sambil mengabaikan panggilan dari Angkasa.

Namun, ponselnya kembali bergetar tak lama kemudian.

Drrttt... drrttt...

"Apasih, ganggu aja!" keluhnya kesal sambil mengangkat telepon.

"Keluar," suara Angkasa terdengar dari seberang.

"Keluar apaan, sih?"

"Balkon," jawab Angkasa dengan nada datar.

"Dih, gak jelas lo!" sahut Tiany, tak percaya dengan permintaan aneh itu.

"Lo keluar, gue di balkon lo," ujar Angkasa tanpa basa-basi.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?"

"Jangan mancing, cepet buka," balas Angkasa, terdengar semakin tak sabar.

"Gamau," Tiany dengan tegas menolak.

"Gati."

"Gamau."

"Gati."

"Gamau."

"Oke."

Tanpa berkata lagi, Angkasa memutuskan teleponnya.

Tiany menatap layar ponselnya yang kini kembali hening. "Gak jelas lo, anj**," umpatnya pelan sambil melempar handphone ke kasur.

SAYANGGG, BUKA DONG!" teriak Angkasa dari luar balkon.

Tiany yang sedang di kamarnya langsung melotot mendengar panggilan itu. "Apa-apaan ini..." gumamnya kesal, "Dasar gila."

"SAYANGGG, JANGAN NGAMBEK DONG!" teriak Angkasa lagi, kali ini lebih keras.

Tiany mengumpat dalam hati, cepat-cepat berlari ke arah balkon dan membuka pintu. "Asep bodoh! Gila lo, ya?!" Tiany berusaha membekap mulut Angkasa sebelum cowok itu berteriak lagi.

"Emmffsk... Emmsss..." Angkasa bergumam tak jelas karena mulutnya tertutup tangan Tiany.

Tiany mendorong Angkasa dengan kasar. "Lo gila, ya?! Lo tuh orang paling nyebelin yang pernah gw kenal!"

Angkasa hanya terkekeh sambil duduk santai di kursi balkon. "Hihihi... Panik amat, Bu."

"Lo-!" Tiany hendak memarahi lagi, tapi tiba-tiba Angkasa menempelkan telunjuknya di bibir Tiany.

Mereka saling bertatapan beberapa detik, keheningan yang ganjil di tengah kegaduhan sebelumnya. Tiany yang pertama sadar, cepat-cepat menepis tangan Angkasa.

"Jangan kurang ajar, ya!" bentaknya.

"Ya ampun, jangan marah-marah terus. Duduk dulu sini," kata Angkasa santai, menunjuk kursi di sebelahnya.

"Enggak mau. Gw mau masuk." Tiany berbalik, hendak pergi.

"SAYANGGG-" Angkasa hendak memulai lagi, tapi Tiany langsung berbalik dan menutup mulutnya dengan cepat.

"Stt! Diam, bodoh!" Tiany menghela napas, kemudian menyerah. "Oke, oke, gw duduk. Sekarang lo mau apa?"

Angkasa tersenyum lebar. Ia kemudian mengeluarkan kantong plastik dari tangannya. Tiany yang melihat isinya langsung berbinar.

"Rujak! Itu rujak, kan?!" Tiany berseru, tangannya sudah terulur hendak mengambil.

"Eits!" Angkasa menjauhkan rujaknya. "Mau apa?"

Se-Hati [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang