10

92 7 0
                                    

Di hari Senin ini, suasana sekolah kembali normal dengan aktivitas sehari-hari. Dari ujung lorong, seorang gadis terlihat kesusahan membawa setumpuk buku yang berat, hingga-

BRUK

Semua buku berjatuhan ke lantai.

"Astagaa..."

"Maaf, maaf, gue nggak sengaja!"

Tiany mendongak dan mendapati orang yang menabraknya adalah Mahesa, kakak dari Angkasa.

"Bang Esa..." Tiany mendesah pelan.

"Tiany? Astaga, kamu nggak apa-apa? Maaf ya, abang nggak lihat tadi," Mahesa bertanya dengan khawatir, sambil menatap tumpukan buku yang berantakan.

"Gak apa-apa kok, Bang. Lagian salah Tiany juga, nggak perhatiin jalan," ucap Tiany, berusaha menenangkan Mahesa sambil memunguti bukunya.

"Kamu mau ke mana bawa buku sebanyak ini?" tanya Mahesa, langsung membantu Tiany membereskan buku-buku yang berserakan.

"Mau bawa ke kelas, Bang," jawab Tiany singkat.

"Terus ini buku, kenapa kamu yang bawa? Di kelas kamu nggak ada cowok, apa?" Mahesa melirik Tiany dengan heran.

Tiany tersenyum kecut. "Tiany dihukum, Bang. Hehe... karena nggak dengerin guru tadi."

Mahesa tertawa kecil, tapi masih dengan nada prihatin. "Kebiasaan kamu ya. Sudahlah, sini abang bantu."

"Eh, nggak usah, Bang. Udah dekat juga kok," Tiany mencoba menolak dengan halus.

"Udah, sini aja. Abang nggak nerima penolakan," ujar Mahesa tegas, sambil meraih buku-buku di tangan Tiany.

Tiany hanya bisa tersenyum, "Makasih, Bang."

"Iya, ayo jalan. Emang pelajaran siapa sekarang?" tanya Mahesa sambil berjalan di sampingnya.

"Bu Maisyaroh, Bang. Astaga, dia itu cerewet banget!" Tiany mengeluh, nadanya penuh emosi.

"Hei, nggak boleh ngomong gitu," tegur Mahesa lembut.

"Hehe, habisnya Bu Mai ngeselin, Bang. Kalau abang tahu, dari mulai masuk kelas aja semua dikomentari. Dari pintu, jendela, sampai meja, semuanya deh dikomentari," cerita Tiany dengan kesal.

Mahesa hanya tersenyum mendengar cerita Tiany yang menggebu-gebu, sambil terus membawa buku-bukunya.

Tanpa terasa, mereka tiba di depan kelas Tiany.

"Eh, Bang, udah nyampe. Keasikan cerita sampai nggak sadar," Tiany tertawa kecil. "Sini, Bang, bukunya."

"Biar abang aja yang bawa ke dalam," tawar Mahesa.

"Ehh, jangan Bang! Nanti Bu Mai nggak percaya kalau Tiany yang bawa buku-buku ini dari perpustakaan. Bisa-bisa dihukum lagi."

Mahesa tertawa mendengar alasan Tiany. "Hahaha, ya sudah. Hati-hati ya bawanya."

"Makasih, Bang," Tiany menerima bukunya sambil tersenyum manis.

"Sama-sama. Belajarnya yang bener ya. Jangan gosip mulu!" Mahesa menasihati dengan nada bercanda.

"Aye aye, Captain!" jawab Tiany sambil memberi hormat pura-pura.

Mahesa tertawa, lalu pamit, "Hahaha. Ya sudah, abang pergi dulu ya," katanya sambil menepuk kepala Tiany dengan lembut.

Tiany yang mendapatkan perlakuan seperti itu tiba-tiba terdiam.

"Astaga, apa yang terjadi sama gue? Kenapa gue deg-degan?" batin Tiany, wajahnya memerah.

Se-Hati [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang