08

87 10 0
                                    

Dua minggu telah berlalu sejak kejadian di rumah sakit, dan selama itu pula hubungan antara dua remaja yang biasanya dipenuhi kebencian ini berubah drastis. Tidak ada pertengkaran, tidak ada teriakan, apalagi bentrokan fisik. Semuanya terasa begitu tenang, damai, bahkan terlalu hening.

Bagi orang lain, suasana ini mungkin tampak normal. Namun, bagi Angkasa dan
Tiany, ini adalah hal yang sangat tidak biasa. Ini rekor baru bagi mereka-bahkan untuk sekadar bertemu pun mereka enggan. Mereka saling menghindari, seakan ada dinding tak kasat mata yang memisahkan. Apakah mereka menghindar karena ingin menjaga kedamaian, atau mungkin ada alasan lain yang lebih dalam? Hmm

----------------------------------------------------------

Pagi ini, suasana di rumah Tiany sudah riuh oleh persiapan akhir pekan. Keluarganya berencana mengadakan acara BBQ di halaman belakang, dan setiap anggota keluarga tampak sibuk mempersiapkan perlengkapan.

"Tia, kayaknya Mama nggak bisa belanja hari ini. Mama ada janji ketemu Bu RT nanti. Kamu aja ya yang belanja," ujar sang mama sambil memeriksa daftar kebutuhan.

Tiany, yang sedang duduk di meja makan, menoleh dan tersenyum.

"Siap, Ma! Kakak akan belanja semua yang dibutuhkan," jawabnya penuh semangat.

Mama tersenyum menanggapi.

"Manisnya anak Mama. Oke, nanti Mama kirim daftar belanjaannya, ya," ucapnya lembut.

"Oke, Ma. Kalau begitu, Kakak siap-siap dulu, ya," pamit Tiany sebelum bergegas ke kamarnya.

Setelah selesai bersiap, Tiany segera turun menghampiri sang mama yang sedang sibuk di dapur.

"Ma, Tia sudah siap. Mana daftar belanjanya?" tanyanya sambil menghampiri.

"Oh, ini sayang, dan ini uangnya," jawab mamanya sambil menyerahkan catatan belanja dan sejumlah uang.

"Terima kasih, Ma. Tia berangkat dulu, ya," pamit Tiany sambil bersiap keluar rumah.

Ia memutuskan untuk menggunakan sepeda motornya. Namun, sialnya, meski sudah berkali-kali mencoba menyalakan mesin, motor itu tak juga hidup. Hampir sepuluh menit Tiany mencoba, tapi sia-sia. Akhirnya, dengan kesal ia memutuskan untuk meminta tolong pada ayahnya.

Namun, sebelum sempat melangkah ke dalam rumah, seorang wanita menghampirinya. Ibu Angkasa, tetangganya, yang juga ibu dari musuh bebuyutannya, muncul dengan senyum ramah.

"Loh, sayang, kamu mau kemana?" tanya Ibu Angkasa.

"Ah, Tante. Ini Tia mau belanja kebutuhan BBQ buat nanti malam," jawab Tiany sopan.

"Oh, begitu. Tapi kok belum berangkat?"

"Motor Tia nggak bisa dihidupkan, Tante. Tadi Tia mau minta tolong Papa."

Belum sempat Ibu Angkasa menanggapi, Mama Tiany keluar dari rumah.

"Loh, jeng! Kamu sudah sampai? Hayuklah kita berangkat," seru Mama Tiany, lalu menoleh ke arah Tiany. "Loh, Tia, kok belum berangkat?"

"Motor Tia mati, Ma. Ini mau minta tolong Papa."

"Yaudah, Mama panggilin Papa-"

"Tunggu, Jeng," Ibu Angkasa memotong. "ANGKASAAA, SINI!!" teriaknya, melihat anaknya keluar dari rumah.

Tiany seketika melotot, matanya membulat penuh ketidakpercayaan.

Angkasa, yang mendengar teriakan sang ibu, segera menghampiri, tanpa menyadari Tiany ada di sana.

"Nak, ini Tiany mau belanja, tapi motornya mati. Kamu antar ya," perintah Ibu Angkasa.

Mendengar itu, Tiany dan Angkasa serempak berseru, "NGGAKK!"

Se-Hati [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang