24

69 7 0
                                    

Di Minggu yang cerah ini, Angkasa tampak bersemangat. Hari ini ia berencana mengajak Tiany untuk berolahraga. Setelah bersiap-siap, ia berjalan menuju pintu keluar.

"Angkasa!" panggil mama Angkasa dari belakang.

"Iya, Ma?" jawabnya tanpa menoleh.

"Kamu mau olahraga?"

"Iya, Ma."

"Sendiri?" tanya mama, sedikit curiga.

"Enggak, Asa sama Tia," jawab Angkasa sambil menyelesaikan ikatan sepatu.

Mama Angkasa terdiam sejenak, menatap putranya yang terlihat sangat bersemangat.

"Angkasa," panggil mama pelan.

"Iya, Ma?" Angkasa menoleh.

Mama tersenyum lembut. "Asa sekarang dekat ya sama Tiany?"

"Kebetulan kali ini kita jauh, Ma. Asa di sini, Tia di rumah," Angkasa bercanda, membuatnya tersenyum.

"Ish!" Mama memukul pelan pundaknya.

"Hehehe, udah ya, Ma. Angkasa jalan dulu."

"Iya, hati-hati," pesan mama, menatap sendu kepergian sang putra.

~~~

Sesampainya Angkasa di rumah Tiany, ia mengetuk pintu.

Tok tok tok

"Assalamualaikum," serunya.

"Waalaikumsalam," jawab mama tiany. "Eh, Angkasa!"

"Tante!" Angkasa menyapa sambil bersalaman.

"Tianynya ada, Tan?" tanya Angkasa.

"Oh, ada kok. Masuk yuk!" ajak mama Tiany.

"Iya, Tan."

"Mau ngajak Tiany olahraga ya?" tanya mama Tiany.

"Iya, biar nggak rebahan mulu dia, Tan," jawab Angkasa dengan tawa.

"Hahaha, bener kamu!" Tiany ikut tertawa.

"Loh, Angkasa," terdengar suara papa Tiany.

"Pagi, Om," sapa Angkasa.

"Mau ajak Rumi olahraga?" tanya papa.

"Bukan Rumi, Pa, tapi Tiany," jelas mama.

"Hah? Tiany? Serius?" Papa terlihat terkejut.

"Papa pasti nggak tahu, kan? Mereka sekarang udah akur," jawab mama dengan bangga.

"Oh ya?" Papa tampak senang mendengar kabar itu.

"Hehehe, iya, Om," balas Angkasa.

"Baguslah kalau begitu. Eh, Mah, panggil Tiany gih!" pinta papa.

"Oh ya, bentar ya, Nak," jawab mama sambil melangkah menuju kamar Tiany.

"Iya, Tante," kata Angkasa, sambil menunggu dengan senyuman di wajahnya.

Mama Tiany segera melangkah ke kamar sang anak, lalu membuka pintu dengan pelan. Cklek suara pintu membuka membuatnya menggelengkan kepala melihat putri sulungnya yang masih asik bergelung dengan selimut.

"Kakak, bangun yuk!" panggil mama Tiany lembut.

"Tiaaa, bangun sayang!"

"Tianyyy, bangun!"

"Ish, apaan sih, Ma? Masih pagi, udah ribut banget!" jawab Tiany, suaranya masih setengah tidur.

"Heh, bangun kamu. Anak gadis bangunnya siang banget," sindir mama dengan nada bercanda.

Se-Hati [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang