11

76 5 0
                                    

Di sisi lain, di kantin sekolah, Tiany dan ketiga sahabatnya sedang menikmati makanan yang baru saja mereka pesan. Suasana ramai namun tetap santai, canda tawa terdengar di mana-mana.

"Oh ya, Tan, lo udah janji mau cerita, kan?" tagih Tiany dengan nada menggoda.

"Cerita apa?" tanya Karisa dan Cesi hampir bersamaan.

"Tanya tuh sama temen kalian," Tiany memberi isyarat ke Tania dengan senyum misterius.

Tania terkekeh. "Astaga, iya iya. Oke, gue cerita sekarang."

"Jadi... gue..." ucap Tania, menggantung kalimatnya dengan sengaja.

"Apasih, Tan? Bisa cepet gak?" protes Karisa yang mulai tidak sabar.

"Hahaha, oke, oke," jawab Tania sambil tertawa kecil. "Gue udah jadian sama Bang Nando."

"HAH?!" Karisa dan Cesi terkejut, mulut mereka terbuka lebar.

"Kaget kalian, kan? Apalagi gue," timpal Tiany, masih dengan senyum jahil.

"Kok bisa?" tanya Karisa penasaran.

"Ya biasalah, gue udah deket lumayan lama sama Bang Nando, dan kita baru jadian tiga hari yang lalu," jelas Tania santai.

"Ish, kok lo baru cerita sekarang sih?" keluh Cesi, merasa sedikit kesal.

"Sebenarnya gue mau cerita dari dulu, tapi gue takut kalo Bang Nando cuma jadiin gue mainan," jawab Tania jujur.

"Jadi sekarang temen kita sold out satu nih?" goda Cesi.

"Huhuhu, iya lagi," sahut Tania sambil pura-pura sedih.

"Tapi kok Tiany tau lebih dulu?" tanya Karisa, matanya menyipit penuh kecurigaan.

"Kemarin gue nggak sengaja ketemu mereka," jelas Tiany sambil tertawa kecil.

"Waktu dia belanja bareng Angkasa," goda Tania tiba-tiba.

Plak!

"Ih, sakit tau!" protes Tania sambil memegangi lengannya yang dipukul Tiany.

"Jangan rese," balas Tiany sambil mendengus.

"Wait, wait, wait! Belanja?!" Cesi menatap Tiany penuh tanya.

"Hm, mereka belanja berdua," tambah Tania dengan seringai nakal.

"Gue cuma disuruh nyokap gue," sahut Tiany defensif.

"Ah, yang bener?" goda Karisa, ikut penasaran.

"Kalian nggak usah rese ya!" Tiany memutar bola matanya kesal, tapi pipinya mulai memerah.

"Hahahahaha!" mereka semua tertawa bersama, menikmati momen kebersamaan yang penuh canda.

"Halo, Kakak-kakak!" tiba-tiba suara ceria Arumi menyapa mereka.

"Halo, Adek manis! Mau makan juga?" balas Tania sambil tersenyum.

"Iya, tapi Rumi sama teman Rumi nggak dapet tempat duduk," jawab Arumi dengan wajah sedikit murung.

"Eh, nggak usah sedih dong! Duduk sini aja. Cukup kok buat kamu sama temen kamu," ucap Karisa sambil menepuk kursi di sebelahnya.

"Beneran, Kak?" Mata Arumi berbinar-binar.

"Iya, sini duduk," jawab Karisa sambil menarik kursi untuk Arumi.

Tapi Arumi masih kesal pada Tiany yang lebih sibuk dengan makanannya. "Kakak kok nggak sapa Rumi?" tanya Arumi dengan nada mengeluh.

Tiany hanya melirik sambil mengunyah. "Iya, Rumi. Kenapa? Kakak lagi makan."

"Rumi duduk di sini loh," katanya, mencoba menarik perhatian.

Se-Hati [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang