21

68 6 0
                                    

Mahesa's POV

Hai, gw Mahesa. Anak pertama di keluarga Dhananjaya. Dulu, gw dan Angkasa, adek gw, deket banget. Kita punya hubungan yang solid, nggak terpisahkan. Tapi ada satu kejadian yang merubah semuanya, dan gw yang jadi penyebabnya.

Sejak saat itu, gw dan Angkasa benar-benar jauh. Kita punya temen kecil, Tiany dan Arumi. Angkasa selalu lebih dekat sama Arumi, tapi Tiany? Dia selalu ada di antara kami berdua. Meskipun Angkasa dan Tiany nggak pernah akur, anehnya mereka nggak pernah benar-benar terpisah. Mereka selalu berdebat, tapi selalu bersama.

Dan Tiany... gadis kecil dengan mata bulat yang menawan, dia berhasil merebut hati gw. Tapi gw pengecut. Gw nggak pernah berani untuk bener-bener mendekatinya. Hubungan gw sama Tiany? Hanya sebatas tetangga, nggak lebih. Sementara Angkasa, dia kayak selalu ada di sisi Tiany. Meskipun dengan adu mulut dan Gw cuma bisa melihat dari jauh.

Tiany bukan tipe cewek yang mudah berteman sama semua orang. Dia memilih, hanya mereka yang sefrekuensi yang bisa deket sama dia. Kalo nggak, jangankan berteman, ngobrol aja dia males.

Gw udah cinta sama Tiany dari kecil, mungkin udah sepuluh tahun lebih. Selama itu juga, hubungan kita nggak pernah lebih dari tetangga yang basa-basi. Gw terlalu kaku buat Tiany, yang jauh dari kata kaku. Dia cewek yang lincah, penuh semangat. Kadang gw merasa dunia kita terlalu beda.

Seiring berjalannya waktu, perasaan gw ke dia makin kuat. Awalnya, gw cuma pengen mengaguminya dari jauh, berharap rasa ini hilang dengan sendirinya. Tapi nasehat sahabat gw akhirnya bikin gw mutusin buat mulai deketin dia. Gw nggak bisa terus-terusan jadi pengecut.

Tapi, semua berubah ketika Tiany dan Angkasa yang dulu sering berantem tiba-tiba jadi sahabat karib. Jujur, gw seneng ngelihat mereka akhirnya akur. Tapi kebahagiaan gw berubah jadi cemburu setiap kali gw lihat mereka ketawa bareng.

Cemburu itu makin besar, dan gw nggak bisa rela ngelihat mereka sedekat itu. Masalahnya, gw juga nggak bisa ngelarang. Gw siapa? Gw bukan siapa-siapa buat Tiany, dan gw nggak punya hak. Selain itu, gw juga nggak mau hubungan gw sama Angkasa yang udah rusak makin hancur gara-gara ini.

Tapi semakin lama, semakin sulit buat gw menahan rasa cemburu ini. Gw nggak bisa lagi diam. Gw harus tanya, dan gw mau jawabannya datang dari Tiany. Apa perasaan gw bertepuk sebelah tangan? Atau ada harapan buat gw?

Sekarang, gw nggak peduli lagi gimana hubungan gw dan Angkasa. Itu udah rusak sejak lama. Yang gw peduli sekarang cuma satu: Tiany.

Tiany adalah cinta pertama gw. Gw udah terlalu lama diam, dan sekarang, gw siap memperjuangkannya. Gw akan pastikan Tiany jadi milik gw, apapun yang terjadi.

Mahesa's POV End

~~~

Jam menunjukkan pukul 10 malam, namun seorang pemuda masih berdiri di balkon kamarnya, menghadap ke balkon sebelah. Angkasa. Sejak pulang latihan tadi, ia belum beranjak dari tempat itu, menatap penuh harap, menunggu sang pemilik balkon keluar. Luka di wajahnya pun belum ia obati. Namun yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Tiany.

Angkasa mendesah pelan, menundukkan kepalanya. "Maaf... maaf, Tia," gumamnya.

Dia ingin bicara, ingin minta maaf langsung, tetapi dia tahu, emosinya dan Tiany sama-sama tidak stabil. Dia takut ucapan atau sikapnya memperburuk keadaan. Jadi, dia memilih untuk menunggu. Setelah beberapa saat, dia akhirnya memutuskan untuk turun ke dapur, mengambil segelas air.

Rumah terasa sepi. Kedua orang tuanya sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis, dan hanya ada Angkasa, Mahesa, serta dua pembantu mereka. Angkasa menuruni tangga dengan santai, tapi ketika dia selesai mengambil air dan hendak kembali ke kamarnya, sebuah suara menghentikan langkahnya.

Se-Hati [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang