CHAPTER 18 - Kembalinya Fazlan

3.5K 238 10
                                    

Tandai misalnya kalau ada typo!
Happy reading🥀


"Saya pikir kau tidak akan datang, Dialan. " pria bertopeng itu menyambut kedatangan bos mafia, pria berjubah yang tidak banyak orang ketahui.

Pria berjubah hitam gelap itu mengabaikan perkataan anak buahnya dan duduk disalah satu kursi didalam ruangan itu. "Apa kau sibuk? " tanya nya dengan melirik malas anak buahnya.

Menggeleng, pria bertopeng itu menjawab. "Tidak sama sekali. Ada apa emangnya? " tanya Simon, anak buah dari pria berjubah hitam itu.

"Saya akan kerumah sakit, " jawab nya.

"Lalu? "

"Kau harus ikut. "

Simon mengangguk saka, tidak ada gunanya menolak ajakan bos mafia kejam itu. "Baiklah, nanti akan saya lihat waktu untuk kesana. "

Pria berjubah itu mengangguk dan perlahan melepas tudung jubah yang selalu menutupi setengah wajahnya.

"Percuma kau membukanya, jika kau saja memakai topeng. " ucap Simon ketus. Dia rasa percuma jika bosnya itu menurunkan tudung jubah, jika ujung-ujungnya ada topeng yang menutup seluruhnya wajahnya.

Pria berjubah itu tersenyum tipis menanggapi. "Persiapan, Simon. " balas nya.

"Kebiasaan mu, Dialan. "

•••

Kini, Simon dan Dialan berada dirumah sakit. Simon tidak tau ada tujuan apa bosnya itu kesini, setaunya, tidak ada yang sakit.

"Apa yang kita lakukan disini, Dial? Kau tau, banyak orang-orang yang memandang aneh kita berdua. " bisik Simon yang merasa tidak nyaman di lihat banyak orang.

Apa ada yang salah dengan mereka?

Satu hal yang perlu di ketahui, jika Simon tidak seperti anak buah lainnya yang jika memanggil Dialan dengan embel-embel 'bos'.

Simon lebih nyaman memanggilnya dengan nama depannya, Dialan. Usia mereka juga hampir setara, dan yang jelas Simon lah yang lebih tua. Tapi, biarpun begitu. Kekuasaan Dialan lebih berpengaruh. Itu sebabnya, orang-orang yang mau bergabung tidak di wajibkan protes pasal umur Dialan yang masih terbilang muda itu.

"Ingin menjenguk seseorang. " jawab Dialan malas. Pria itu mengabaikan tatapan intimidasi dari orang-orang yang ada di rumah sakit itu, menurutnya mereka tidak penting.

"Tangan ku gatal sekali, Simon. " ucap Dialan tiba-tiba yang membuat Simon tidak percaya.

"Jangan sekarang Dialan, kau tau ini di tempat umum kan? Ya, walaupun aku tau kalau kita sekarang ada dirumah sakit. Tapi kita tidak perlu menampakkan diri dengan terang-terangan. " ucap Simon panjang dan berhenti didepan meja administrasi untuk menanyakan ruangan seseorang.

"Ada yang bisa saya bantu? " tanya seorang suster dengan tatapan genitnya.

Simon bergidik ngeri melihat tatapan nurahan itu. "Pasien atas nama Alan. " ucap Simon singkat.

Suster dengan name tag Nina itu segera mencari nama yang baru saja disebutkan. "Maaf, tidak ada nama pasien yang Anda sebutkan. " ucap Nina lembut.

Dialan yang sejak tadi diam langsung mengeluarkan kartu nama pasien dirumah sakit ini.

"Ah dia ada di ruangan VVIP nomor 3." ucap Nina setelahnya.

Tanpa banyak bicara, Dialan lantas pergi. Berbeda dengan Simon yang lebih dulu berterima kasih dan kemudian berlalu dari sana.

𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang