Sesampainya Fazlan di rumah Cavan, bersamaan dengan pemuda itu yang baru saja selesai memasak untuk makan malam. Dan kebetulan juga, jam masih menunjukkan pukul 22.00 malam jadi tak apalah.
Cavan menoleh kebelakang saat merasakan dirinya di lihat, bibir pemuda itu sedikit terangkat melihat keberadaan Fazlan yang tidak jauh darinya. Lantas, pemuda itu mendekati Fazlan dan memeluknya. "Abang khawatir, Nata. " ucap Cavan lirih.
Fazlan membalas pelukan Cavan tak kalah eratnya, sungguh. Beberapa hari ini kepalanya di penuhi oleh Cavan, mungkin efek kedekatan Fazlan 'asli' dengan Cavan sehingga terpengaruh dengan dirinya.
"Fal, gue belum ketemu Ryan. " ungkap Arlan.
Fazlan menghela nafas mendengar nya. "Kenapa? Padahal gue kasih lo waktu banyak malam itu. " ucap Fazlan.
"Gak sempat. "
"Lo khawatir sama dia? " tanya Fazlan penasaran.
"Gak tau, gue gak ngerti sama diri gue."
"Lo gay? "
"Gak usah melenceng ke sana asu! Gue normal! "
"Lah terus kenapa lo gak ngerti sama diri lo? " goda nya membuat Arlan berdecak.
"Ck! Maksud gue tuh, arghh asu lah! Gak tau gue, gak usah nanya lagi! "
"Lan? Jawab dulu? "
"Diam lo! "
Fazlan tersenyum tipis lalu mengikuti langkah Cavan menuju meja makan. "Buset banyak amat lo masak nya. " celetuk Fazlan saat melihat beberapa aneka makanan enak di atas meja yang sudah tersaji.
"Teman abang mau datang, gapapa kan? " ujar Cavan sambil menatap Fazlan dengan lembut.
Fazlan tersenyum. "Gapapa, lagian makanan sebanyak ini gak mungkin habis malam ini. " ujarnya.
"Jangan terlalu banyak tersenyum, Nata. " tegur Cavan dengan kepala tertunduk, bibirnya berkedut menahan senyuman yang siap dia tunjukan namun harus dia tahan.
Mendengar itu Fazlan langsung mengubah ekspresi nya menjadi datar, sontak saja Cavan dibuat tertawa karena Fazlan yang cepat sekali menormalkan ekspresi nya.
Melihat Cavan tertawa lepas malam ini, Fazlan menghela nafas lega. Tawa itu sudah lama tidak dia dengar, dan malam ini kembali di dengar nya.
"Gue gak akan biarin siapapun nyakitin lo, Van. Entah keluarga lo, Sailendra, ataupun Adiwiyata. " gumam Fazlan.
"Suatu saat nanti, semuanya akan terbongkar dan gue nerima semuanya. Gue akan nerima rasa kecewa lo ke gue. " sambungnya.
Beberapa menit kemudian, teman-teman Cavan datang. Mereka pun memulai makan malam bersama-sama, tidak ada sama sekali obrolan.
Selepas makan malam, mereka duduk di ruang tengah sembari bercerita apapun itu. Fazlan duduk tidak jauh dari mereka, dirinya hanya menatap mereka yang asik bercengkrama dengan Cavan. Ada empat orang teman Cavan yang datang malam ini, sedangkan yang lain katanya tidak bisa hadir karena sibuk.
Drttt
Drttt
Fazlan mengambil ponselnya, tertera nama Rainer di layar ponselnya. Dengan cepat Fazlan mengangkatnya.
"Kenapa? " tanya Fazlan langsung.
"Apa pria itu yang kau minta? " Rainer berucap datar, dia pasti sedang kesal. Tebak Fazlan.
"Yang mana? " tanya Fazlan heran.
"Ck! Foto Fazlan. Saya mengirim foto kepadamu!" sentak Rainer yang tidak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲
Teen Fiction[ERA BROMANCE AND BROTHERSHIP! NOT BL/HOMO!!] Bagaimana jadinya jika pemuda Office Boy ber-transmigrasi kedalam novel dan menempati raga seorang remaja SMA yang berperan sebagai antagonis? ••• 📍Cerita hasil otak yang gabut mikir. 📍No plagiat! 📍...