Fazlan menghabiskan waktunya di dua tempat, rumah Cavan dan mansion Sailendra. Pemuda itu terus bolak-balik, membuat Fazlan kesal juga karena harus berpindah-pindah tempat.
Selama di mansion Sailendra, Fazlan tidak berbicara banyak pada keluarga kandung Fazlan 'asli'. Bukan karena tidak menganggap mereka, Fazlan hanya tidak mau mengambil yang bukan hak nya. Apalagi itu keluarga.
Beda sekali jika dia ada di rumah Cavan, pemuda itu mencair dan bahkan tanpa malu bersikap manja pada Cavan. Tidak peduli jika ada sahabat Cavan di hunian minimalis itu.
Namun ada yang berbeda, saat di mansion Sailendra. Fazlan merasakan sesuatu yang sangat familiar, kedekatannya dengan para human di hunian Sailendra membuatnya sedikit nyaman.
Tapi hanya satu, perasaan familiar itu sungguh mengganggunya.
Belum lagi ingatannya, ini seperti murni perasaan dan ingatannya sendiri, bukan Fazlan 'asli'.
Ingatannya selalu di blur setiap kali Fazlan berusaha mengingat ataupun memahami perasaan itu. Ini Sangat rumit.
"Lo kenapa sih!? " tanya Arlan kesal, karena terus di abaikan oleh Fazlan. ( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)
Mendengar pertanyaan dari Arlan, serta nada suaranya yang kesal, Fazlan sedikit menarik ujung bibirnya ke atas. "Lo ngerasain sesuatu gak sih selama kita di sini? " Fazlan tidak langsung menjawab, pemuda itu malah bertanya balik.
Sekarang dia ada di mansion Sailendra dan berada di balkon kamar, tidak hanya sendiri. Fazlan di temani dengan berbagai macam snack, minuman bersoda dan laptop miliknya yang dia letakkan di atas meja.
"Ngerasa sih, emang kenapa? " jawab Arlan dan bertanya kemudian, sepertinya Arlan sudah melupakan kekesalannya pada Fazlan karena diabaikan dan mulai di notice oleh Fazlan.
"Lo ngerasa familiar kan? Kenapa gue ngerasa tempat ini pernah gue kunjungi? Tapi kenapa juga gue gak bisa ingat dengan jelas? Mau ngingat tapi blur, udah berasa mau apa aja di blur. " ungkap Fazlan sedikit kesal karena ingatannya selalu terlihat blur.
"Gue pernah coba ingat perasaan ini, tapi gelap banget weh. Susah gue mau ngintip otak sendiri," balas Arlan ikut kesal dengan otaknya yang selalu gelap kala mau mengingat sesuatu.
Fazlan terdiam, ada yang aneh dengan dunia sialan ini. Tapi apa? Bahkan, ini sudah lebih dari lima tahun setelah kejadian penghancuran Bagaskara hari itu.
Seharusnya, dia sudah kembali ke dunia asalnya kan? Apalagi tubuhnya yang masih belum di timbun tanah, bukankah masih bisa dia kembali dan melihat keluarganya?
Huh!
Menghela nafas kasar, Fazlan menyandarkan kepalanya pada besi pembatasan balkon yang dingin. Rintik-rintik hujan mulai mengenainya, Fazlan melihat ke atas.
Sejak kapan awan gelap? Kenapa dia tidak menyadari hal ini?
Tring
Tring
Fazlan melirik datar ponselnya yang berbunyi notifikasi pesan masuk, pemuda itu meraih benda genggamnya dan melihat ada dua pesan dari dua orang berbeda tertera di layar ikon.
Egan :
Nata, saya mau tidur bareng sama kamu malam ini. Boleh?Dan-
Ryan :
Gue boleh ketemu Arlan, Nat?Ah kedua orang itu, entah bagaimana kabar mereka saat ini. Sudah sangat lama Fazlan tidak bertemu mereka lagi.
Fazlan menghela nafas frustasi, haishh kapan dia bisa kembali? Dia sudah lelah lahir batin di dunia ini! Dia merindukan senyuman Sofia, Mommy nya. Uang Alfarizi, Daddy nya yang memang sangatlah royal kepadanya. Kedua abangnya, uang mereka juga dan yang lebih penting, bekerja sebagai office boy di perusahaan saudara pertamanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/373851541-288-k493255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲
Teen Fiction[ERA BROMANCE AND BROTHERSHIP! NOT BL/HOMO!!] Bagaimana jadinya jika pemuda Office Boy ber-transmigrasi kedalam novel dan menempati raga seorang remaja SMA yang berperan sebagai antagonis? ••• 📍Cerita hasil otak yang gabut mikir. 📍No plagiat! 📍...