CHAPTER 15 - Pergi ¶ Reikan Cavan Refandra

4.3K 290 1
                                    

Kalau misalnya typo, tandai!
Happy reading 🥀

Seorang wanita yang telah berumur dewasa dan masih terlihat cantik itu duduk di samping bangsal rumah sakit anaknya. Tangannya yang halus menggenggam erat tangan pucat dan dingin itu dengan memberikan usapan lembut di kulit putihnya.

"Tidurmu terlalu nyenyak boy, dan lihatlah .... istriku sedih melihatmu tertidur selama itu. " ucap lirih seorang pria dewasa yang memiliki wajah tampan dan menawan.

Pria itu berjalan menghampiri istri dan anaknya. "Makanlah dulu, biar dia mas yang jaga. " ucap pria itu sambil memberikan kecupan singkat di kening sang istri tercinta.

"Gak mas, aku akan makan kalau putraku sadar. " tolak wanita cantik itu dengan mengusap muka sang anak.

"Jangan menyiksa diri sayang, makanlah ... kita tidak tau, jika dia tiba-tiba sadar dan melihatmu belum makan dia pasti akan marah. " ujarnya nya dengan sabar.

Pria itu menatap sang istri dengan tatapan teduh, membuat si wanita itu tersentuh dan memeluk suaminya dengan tangis yang tertahan.

"Menangis lah dulu, baru makan ya. " pria itu mengusap kepala sang istri dan sesekali mengecupnya. Wanita itu mengangguk dan menangis dalam dekapan hangat sang suami tercinta.


Cklekk

Pintu terbuka, keduanya sontak melepaskan pelukan dan menoleh kebelakang. Nampak anak pertama dan kedua berjalan menghampiri mereka.

"Apa masih belum ada perkembangan?" tanya si sulung seraya meletakkan kreasek putih berisikan makanan yang ia beli sebelum menyusul ke rumah sakit diatas meja.

Si ibu menggeleng, matanya berkaca-kaca karena kondisi sang anak ketiga. Hal itu membuat anak kedua langsung memeluk si ibu agar tenang.

"Mommy tenang saja, adikku pasti akan baik-baik saja. " ucapnya berbisik.

Si sulung yang melihat itu hanya bisa menghela nafasnya, lalu menatap sang ayah. "Ada laporan dari kantor yang dipimpin nya, jika ada orang yang membuat kecurangan. " ucapnya.

"Cari siapa orang yang berani membuat kecurangan diperusahaan adik kalian, Thala. " ucap dingin sang ayah.

Si anak kedua yang namanya disebut mengangguk, pandangan nya terpusat pada sang adik masih dengan memeluk sang ibu. 'Sadarlah, perusahaan mu dalam bahaya. 'Batinnya.

'Berpura-pura menjadi miskin memang suatu ketololan mu yang tidak mau dipandang kaya, cepat sadar atau perusahaan mu akan bangkrut karena para hama. 'Sambungnya datar.

"Jangan bicara dalam hati jika kau hanya mau mengumpatinya, Thala. " si sulung yang melihat keterdiaman adik pertamanya langsung berbicara. Dia tau, jika anak itu diam maka hatinya berbicara dengan berbagai macam bentuk gaya bahasa.

Thala hanya mendecih pelan mendengar ucapan si sulung yang menyebalkan. "Ya, tapi jangan menghalangi ku jika ia sadar nanti. "

𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang