"Kamu istirahat aja di UKS aja, abang gak mau kamu kenapa-kenapa disini. " ujar Cavan seraya menghapus keringat di kening Fazlan.
Fazlan menggeleng, kepalanya terasa berat tapi dia tidak mau istirahat. Fazlan menyandarkan kepalanya di bahu Cavan, dan memejamkan matanya saat semilir angin lembut menerpa wajahnya.
Cavan tersenyum tipis dan mengusap kepala Fazlan. "Tidur, nanti abang bangunin kalau udah selesai. " ucapnya.
Fazlan mengangguk pelan.
Siswa-siswi, serta guru dan wali siswa menatap keduanya dengan sorot pandangan yang berbeda-beda. Terutama, ketiga tuan muda Bagaskara yang masih normal, kata Arlan.
"Gue nyesel bang, gue harusnya gak benci bang Nata. " Diandra menunduk, air matanya luruh seketika karena menyesal.
Dipta diam, tatapannya masih terpusat pada Fazlan dan Cavan yang terlihat sangat dekat, seperti ada hubungan di antara keduanya. Tapi apa? Itulah yang Dipta pikirkan.
Sungguh, dia sangat menyesal karena pernah menyakiti Fazlan. Tanpa mau mendengar penjelasan dari pemuda itu terlebih dahulu.
Apa Fazlan mau memaafkan mereka semua? Apa Fazlan masih mau kembali pada mereka?
Adiwiyata, saat ini keluarga itu hancur, berantakan dan tak tau ada kejutan apa lagi di kedepannya. Mereka sungguh tidak percaya ini. Kedua orang tuanya, saudara pertama mereka. Bagas dan Dhea, salah satu dari mereka berakhir karena kesalahan mereka sendiri dan itu adalah Bagas.
Ya, Bagas telah tiada karena rencananya sendiri. Dan Dhea, wanita cantik itu nampak baik-baik saja. Wanita itu pergi bersama keluarganya, meninggalkan mereka bertiga didalam hunian dingin itu.
Sedangkan Sean, kabarnya Sean menjadi gila. Tapi mereka tidak tau dimana Sean berada, lalu tak lama mereka mendapatkan kabar jika Sean tiada.
Sekarang, sisa mereka bertiga. Iya, bertiga bukan berempat. Mereka juga sudah tau fakta mengejutkan, bila Fazlan bukan adik mereka. Justru orang asing.
Sebagian Adiwiyata berpencar, tak mau mengurus mereka bertiga. Sedewasa apapun mereka, nyatanya mereka masih membutuhkan kasih sayang keluarga. Mereka sudah sangat hancur, dan tidak tau lagi apa yang harus mereka lakukan untuk kedepannya.
Mereka juga tidak bisa menyalahkan orang lain, karena ini memang mungkin kesalahan keluarganya.
"Mama, bukannya itu anak mama? "
Dipta, Diandra dan Daffa. Ketiga laki-laki itu menoleh ke asal suara dan terkejut melihat Dhea, ibu mereka berada di sekolah. Apa yang dia lakukan?
Dhea menatap ketiga putranya, lalu mengedikkan bahunya acuh. "Entahlah, mama tidak mungkin memiliki anak seperti mereka. Kita pergi sayang, papa pasti menunggu. " ujar Dhea dan pergi dari sana, dengan menggandeng tangan laki-laki seusia Dipta.
"Bunda gak sayang kita lagi ya, bang? " tanya Daffa dengan air matanya yang turun deras.
Harusnya ini hari bahagia mereka, karena mereka akan lulus. Tapi kenapa harus ada adegan sedihnya?
Dipta memeluk kedua adiknya, menguatkan mereka untuk tidak menyerah. Perjalanan hidup mereka masih panjang, Dipta tidak mau adik-adiknya depresi karena tidak ada dukungan dari keluarga untuk impian yang mereka kejar.
"Berhasil kan? " pertanyaan dari Arlan membuyarkan lamunan Fazlan sebentar.
"Berhasil, dan gue suka. " jawab pemuda itu dan memejamkan matanya kembali.
"Sure?"
"Ya."
Fazlan menarik ujung bibirnya ke atas, dia bahagia karena Adiwiyata hancur karena dirinya. Dan Fazlan tidak peduli perasaan Nata, serta yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲
Teen Fiction[ERA BROMANCE AND BROTHERSHIP! NOT BL/HOMO!!] Bagaimana jadinya jika pemuda Office Boy ber-transmigrasi kedalam novel dan menempati raga seorang remaja SMA yang berperan sebagai antagonis? ••• 📍Cerita hasil otak yang gabut mikir. 📍No plagiat! 📍...