Fazlan diam memperhatikan Sean yang berbicara sendiri di taman, pria itu benar-benar menjadi gila. Bagaskara ternyata sebangsat itu ya? Masalah keluarga dan pribadi saja masa anak sulung yang nanggung? Manusia bukan sih dia itu?
Ck! Mengingat nama maupun wajahnya saja sudah membuat Fazlan ingin muntah.
Fazlan duduk di kursi karena lelah berdiri, lalu melirik Rainer yang nampak sibuk sekali. "Lo sibuk banget ya? " tanya Fazlan membuat Rainer mendengus.
"Emang kenapa? Mau membantu saya? " tanya Rainer sedikit kesal karena pertanyaan Fazlan.
"Gak." tolak Fazlan cepat.
"Cih." Rainer mendecih mendengar nya, lalu mengabaikan Fazlan yang di samping nya itu.
Fazlan memilih diam, jarak antara mereka berdua dengan Sean lumayan jauh. Fazlan juga tidak mau Sean mengetahuinya, bisa ribet nanti.
"Giliran gue kan? " tanya Arlan memecah keheningan diantaranya dengan Fazlan.
"Hm, " Fazlan hanya berdehem singkat sebagai jawaban.
"Okelah." dari nada suaranya Arlan begitu bahagia, entah kenapa. Mungkin bahagia karena bertemu dengan Ryan nanti?
"Semalam, apa yang lo lakuin? " tanya Fazlan sedikit penasaran.
"Cuma bongkar rahasia si Bagas sama si Dhea, lagian gak banyak amat. Kalau gue bongkar semuanya, beuh gila langsung mereka. " jawab Arlan enteng sekali dia.
Fazlan menggeleng. "Terus? "
"Ya, mereka sih saling nyalahin. Dipta, Dian sama Daffa aja sampe gak percaya sama kelakuan mereka. Kalau soal mental mereka saat ini, entah, gue masa bodoh sih. Bukan urusan gue juga. " jelasnya panjang.
Fazlan mengangguk paham, lalu menghela nafas dengan sedikit kasar. "Oke deh, hari ini full day lo sama Ryan. Gue mau istirahat bentar, gue juga gak mau ganggu lo sama Ryan. Dan kayaknya Sailendra bakal bawa gue diwaktu dekat ini. " ujar Fazlan dengan sedikit berat untuk mengatakan itu.
"Beneran? " tanya Arlan tak yakin.
"Iya, gue dapat pesan dari beberapa hari lalu. Kalau Sailendra bakal jemput gue di waktu dekat. " jawabnya.
"Lo iyain gitu? "
"Mau nolak juga percuma, Lan. Kalau gue gak nurut mereka bakal bawa paksa. "
Hening.
Arlan terdiam, sama halnya dengan Fazlan. Keduanya tidak berbicara lagi, entah apa yang mereka berdua pikirkan.
Lima menit kemudian, Fazlan beranjak dari kursi. "Gue balik. " ucap Fazlan pada Rainer.
Rainer mengalihkan pandangannya dari laptop ke Fazlan. "Hati-hati, dan kau tidak perlu takut soal laki-laki itu. Dia aman disini, saya tidak akan membiarkan Adiwiyata mengambil nya. " ujarnya.
Fazlan mengangguk lalu berlalu dari hadapan Rainer.
Sebelum menyerahkan tubuh pada Arlan, Fazlan lebih dulu ke rumah Cavan untuk memastikan keempat pria itu tidak pergi. Dan benar saja, seperti nya mereka takut dengan apa yang dia ucapkan beberapa jam lalu. Fazlan tidak peduli.
Setelahnya, Arlan mengambil alih tubuh dan langsung ke rumah sakit untuk menemui Ryan.
•••
Dirumah sakit..
Senyum Arlan mengembang saat melihat Ryan yang sudah siuman dan menunggunya, seperti apa yang dia bilang tadi malam. Jika Ryan akan menyambut nya dengan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲
Teen Fiction[ERA BROMANCE AND BROTHERSHIP! NOT BL/HOMO!!] Bagaimana jadinya jika pemuda Office Boy ber-transmigrasi kedalam novel dan menempati raga seorang remaja SMA yang berperan sebagai antagonis? ••• 📍Cerita hasil otak yang gabut mikir. 📍No plagiat! 📍...