CHAPTER 27 - Rahasia (Cavan dkk)

1.4K 124 3
                                    

Keesokan paginya, Fazlan bangun lebih dulu dan langsung menuju dapur untuk membuat sarapan untuknya, Cavan dan teman-teman pemuda itu. Teman-teman Cavan tidak pulang dan memilih menginap, sekaligus membahas sesuatu yang Fazlan tidak mau tau apa itu.

Dengan memakai kaos oblong dan celana pendek berbahan halus, Fazlan fokus pada alat-alat masak di dapur. Sampai tidak menyadari Cavan yang terdiam melihatnya.

"Nata? " panggil Cavan sekedar memastikan jika yang dilihatnya itu benar-benar Fazlan.

"Hm." Fazlan berdehem singkat.

Bibir Cavan mengukir sebuah senyuman, lalu duduk di salah satu kursi di sana. "Abang kira siapa, ternyata kamu. " ujarnya.

"Sesekali, bang. " Fazlan berujar malas tanpa melihat Cavan.

Cavan terkekeh kecil mendengarnya. "Kamu bisa masak toh? Terus kenapa gak pernah masak, hm? " tanya Cavan.

"Gue bisa masak, cuma malas aja. Dan kenapa gue gak pernah masak ya, karena malas aja. " jawab Fazlan masih tak mau melihat Cavan.

"Tolol banget. " Arlan tertawa setelah mengatai Fazlan tolol.

Fazlan tersenyum mendengar ucapan Arlan, dirinya tidak marah. Karena Arlan memang selalu seperti itu jika menjawab. Tapi itu disaat mereka di dunia pertama.

Sedang Cavan sendiri, pemuda itu tertawa sampai terpingkal karena jawaban Fazlan. Bahkan sampai air matanya keluar karena lelah tertawa.

"Astaga, " Cavan menopang dagu sembari menatap Fazlan. "Bisa aja kamu, kalau tau begini abang akan meminta kamu memasak terus. " ujarnya membuat Fazlan berdecak.

"Gak mau gue. " tolak Fazlan cepat. "Ini aja gue maksa, kalau gak ya nunggu abang masak. " lanjutnya yang membuat Cavan kembali tertawa.

Tak jauh dari mereka, teman-teman Cavan yang melihat itu tersenyum senang. Mereka senang karena Cavan tertawa sampai segitunya.

"Gue seneng Rei bisa kembali kayak dulu lagi. " ucap Rano masih dengan menatap Cavan yang masih tertawa.

"Bener tuh, kayaknya kita harus kasih tau yang lain. Biar mereka tenang dan gak mikirin Rei yang murung lagi. " sambung Elang.

"Gak usah kali, nanti malah pawangnya marah. " celetuk Farhan sembari menatap Fazlan yang masih memasak.

"Kita harus tetap nyemangatin si Rei, biar nanti gak terlalu mikirin masalah keluarga dan masalah pribadinya. Tapi kita juga harus hati-hati kalau ngomong, takutnya pawangnya tau kalau Rei sembunyiin rahasia besar yang selama ini kita bantu buat sembunyiin. " ucap panjang Gery seraya mengingatkan mereka bertiga.

Mereka bertiga mengangguk.

Kruyuk (anggap aja suara perut bunyi:)

Perut mereka berbunyi saat harum makanan yang Fazlan buat menyeruak, sangat harum dan menggugah selera mereka. Ah beruntung mereka datang, karena bisa merasakan masakan Fazlan.

Mereka tidak mengenal Fazlan, tapi karena Cavan mereka menjadi tau. Dialah pemuda yang menjadi alasan Cavan kuat, mereka hanya tidak tau seberapa kuat ikatan mereka sampai-sampai tidak mau dipisahkan.

"Lo gak mau kembali, Rei? " tanya Rano pada Cavan yang duduk di depannya.

Cavan menggeleng. "Gue gak bisa jauh dari Nata, Ran. Dia dunia gue saat ini, dia alasan gue bertahan sampai ke titik ini. " jawab Cavan dengan menunduk.

"Tapi Rei, mereka juga khawatir sama lo. " Elang ikut berbicara.

Cavan tetap menggeleng. "Gue bakal pergi, kalau Nata ikut. " ucap Cavan.

𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang