Typo bertebaran! Tandai kalau typo (gak maksa)...
Happy reading 🥀Sebelum lanjut ke cerita, saya mau nanya dulu. Kalian agak risih kah sama tulisan saya yang apa-apa itu selalu nulis, contohnya kayak gini (terserah kalian kalau gak merasa keberatan)? Jujur aja gapapa kok, kalau emang iya, saya bakal berenti nulis yang kayak gitu 😇
Udah itu aja.
Lanjut ke cerita...
•
•
•
Keesokan harinya.. Rumah Cavan, tepat pada pukul 07.00 pagi. Karena ini hari libur, Fazlan menghabiskan waktunya dirumah Cavan dengan berbaring saja.
Cklekk
Pintu kamarnya terbuka, kebetulan Fazlan sengaja tidak mengunci nya. Fazlan menenggelamkan wajahnya dibalik bantal berbahan halus dan berwarna abu-abu itu.
Derap langkah kaki mendekat terdengar, Fazlan menekan wajahnya, tidak peduli jika ia akan susah bernafas nantinya.
"Bangun, Nata. "
Cavan.
Fazlan sontak mendongak dan menatap Cavan yang hanya memakai kaos singlet warna hitam dan handuk merah di lehernya.
"Jam berapa emangnya? " tanya Fazlan.
"Jam tujuh, bangunlah dan turun kebawah. Kita sarapan bersama. " ucapnya dan keluar dari kamar Fazlan.
Sepeninggal Cavan, dengan ogah-ogahnya Fazlan beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah itu, Fazlan menyusul ke lantai dasar untuk sarapan bersama. Ngomong-ngomong, rumah Cavan cukup luas dengan warna keemasan dan sedikit diberi warna gelap. Warna kesukaan mereka berdua sama, yaitu warna gelap.
Rumah ini juga sedikit jauh dari perkotaan, banyak pohon-pohon yang tumbuh besar tidak jauh dari rumah Cavan. Dan Cavan hanya tinggal seorang diri, tanpa adanya pembantu atau keluarganya untuk menemani.
Soal semalam, dimana kedua pria yang rupa nya mirip dengan Cavan. Sepertinya hubungan mereka bertiga tidak baik, Fazlan bisa tau itu karena ia melihat kejadiannya.
Back to topik ....
Sesampainya disana, beberapa aneka makanan sudah tersaji diatas meja. Dia akui, jika Cavan pandai memasak. Bahkan rasanya itu sangat enak, membuat Fazlan ingin tambah tapi harus menjaga image di depan orang yang menurutnya asing a.k.a gengsi.
"Banyak banget lo masaknya, emang ada tamu? " tanya Fazlan setelah duduk di kursi.
Cavan yang tengah menyendok nasi dan menaruhnya di piring lantas menatap Fazlan. Sejenak dirinya menggeleng.
Fazlan yang melihat itu jelas heran, lalu? Jika tidak ada tamu, lalu untuk masak banyak seperti ini? Mana hampir menuhin meja makan lagi.
"Kalau gak ada tamu, terus ngapain lo masak banyak kayak gini? "
Cavan tersenyum tipis dan menatap Fazlan. "Siapa tau kamu mau nambah, kan? " ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲
Teen Fiction[ERA BROMANCE AND BROTHERSHIP! NOT BL/HOMO!!] Bagaimana jadinya jika pemuda Office Boy ber-transmigrasi kedalam novel dan menempati raga seorang remaja SMA yang berperan sebagai antagonis? ••• 📍Cerita hasil otak yang gabut mikir. 📍No plagiat! 📍...