CHAPTER 07 - Bar

7.3K 504 7
                                    

Tandai kalau typo!
Selamat membaca 📖

.

.

.

•••

Sabtu pagi menyapa Fazlan yang sedang berolahraga di taman belakang mansion, banyak pasang mata yang menatapnya sinis. Bahkan menuduh nya mencari perhatian lagi.

Dan untung saja pagi ini hari sabtu, dimana siswa-siswi libur sekolah. Mereka hanya akan sekolah di hari senin-jum'at saja.

Dengan mengabaikan tatapan sinis dan gunjingan mereka, Fazlan tetap fokus berolahraga. Dan tidak lama, Siska selaku anak angkat Bibi Marni datang dengan nampan yang berisikan roti tawar bakar selai coklat dan susu panas.

"Sarapan dulu, Al. " ucap Siska dengan mengambil duduk di kursi panjang.

Fazlan berhenti, dan menatap heran Siska saat mendengar nama panggilan Siska. Nama 'Al' terasa aneh namun malas ia pikirkan.

Fazlan menghampiri Siska dan duduk disamping, masih ada sedikit jarak antara keduanya. Fazlan selama didunia sebelumnya tidak pernah berdekatan dengan seorang wanita, bukan tidak suka dirinya hanya saja jarang berkomunikasi pada seorang wanita.

Berkencan saja dia tidak pernah!

"Kenapa muka kamu kusut begitu? " tanya Siska heran melihat muka kusut Fazlan.

"Mbak, kenapa Mbak Siska manggil saya Al?" Tanya Fazlan penasaran.

Siska tersenyum lalu mendongak menatap langit. "Nama itu sudah lama disematkan untuk kamu , dan kenapa Mbak manggil kamu dengan sebutan itu karena Mbak suka. Apalagi nama kamu, Fazlan, jadi Mbak manggilnya Al. " jelas panjang Siska.

"Serah deh, tapi makasih karena Mbak sudah nganterin sarapan saya. " ujarnya dan mulai memakan roti tawar bakar itu.

"Sama-sama, Mbak senang kalau kamu makan. Karena biasanya kamu selalu nolak kalau Mbak bawain sarapan ini. "

Fazlan terdiam untuk beberapa saat lalu menatap Siska. "Mbak, bisa ceritakan masa lalu saya? " pinta Fazlan.

Siska mengangguk, tanpa bertanya apa alasannya. Lagipula dia sudah tau jika Fazlan mengalami amnesia dari bodyguard pribadi Fazlan, Satria.

"Dulu, kamu itu anak yang ceria dan selalu tertawa walaupun sama sekali tidak lucu. Kamu juga selalu menghibur keluarga kamu saat mereka sedih walau tidak sama sekali mereka perhatikan. Dan saat kamu sudah menginjak usia remaja, kamu jadi anak yang pembangkang, keras kepala dan suka mencari masalah. "

"Orang tua kamu dan saudara-saudara kamu sangat membenci sikap nakal kamu, bahkan mereka menjauhi kamu. Belum lagi setiap hari kamu selalu berbuat masalah dimana pun itu, sampai Ayah kamu marah."

"Dan sekarang, kamu sudah berubah saat keluar dari rumah sakit. Mbak dan Ibu sedih ngeliat kamu yang masih tidak diperdulikan oleh mereka, dan Mbak sebenarnya ngk suka sifat mereka ke kamu walaupun kamu sendiri salah. Mbak mengerti itu, Mbak tau kalau kamu seperti itu hanya untuk diperhatikan. "

"Mbak sadar, jika Mbak bukan siapa-siapa kamu sejak dulu dan sekarang. Tapi Mbak sudah anggap kamu sebagai adik Mbak, apalagi ibu. Ibu lebih parah, hampir tiap hari ibu nangis karena kamu selalu dikucilkan. Ibu nangis dan selalu diam aja saat adik kamu dan teman-temannya menjelekkan nama kamu di depan Ayah dan Bunda kamu. Bahkan ibu selalu mohon sama mereka untuk tidak nyakitin kamu lagi. "

Suara Siska terdengar bergetar, air mata wanita itu luruh membasahi pipinya. Fazlan mengalihkan perhatiannya, tidak kuasa melihat seorang wanita menangis didepannya.

𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang