Lima tahun kemudian....
Di bandara, nampak seorang pemuda dengan wajah tanpa ekspresi dan beberapa orang berpakaian hitam berdiri di belakangnya.
Pemuda itu menatap sekitar dan tersenyum tipis melihat siluet seseorang yang dia rindukan selama beberapa bulan ini.
"Kalian pulang lebih dulu, nanti saya ke mansion nanti. " ucapnya pada beberapa orang itu.
"Baik tuan muda. "
Selepas memastikan mereka telah pergi jauh, pemuda itu lantas mendekati seseorang yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Abang, " panggilnya dan memeluk seseorang orang itu erat. "Gue kangen bang. " ucapnya lirih.
"Abang juga kok. " balas seseorang itu dengan senyum tertahan. Tangannya naik turun mengusap punggung pemuda itu.
"Udah yuk pulang, abang sudah masak makanan kesukaan kamu. " ucapnya seraya melepas pelukan.
"Kuy lah, kebetulan nih gue lapar. " pemuda itu mengikuti abangnya masuk kedalam mobil.
Selama di perjalanan pulang ke rumah, keduanya terus mengobrol. Menceritakan apa saja yang selama ini mereka lakukan sampai berpisah karena suatu pekerjaan.
"Kamu mau ke mansion? " tanya pria itu.
"Iya, tapi nanti. Gue masih mau sama abang soalnya. " jawab pemuda itu seraya meminum air di botol minuman.
"Kalau abang ngerasa kesepian karena gue gak ada, yuk ikut gue aja ke mansion. " lanjut pemuda itu.
Pria itu menggeleng, menolak. "Gak usah, walaupun abang merasa sepi karena gak ada kamu di rumah, abang gak berani masuk ke wilayah keluarga kamu. Apalagi bertemu dengan mereka yang sangat tidak suka dengan orang asing seperti abang. " ujarnya yang membuat pemuda itu marah namun berusaha menahannya.
"Mereka datang ya? " tanya datar pemuda itu, suaranya bahkan berubah dalam sekejap.
Pria itu mengusap kepala pemuda tersebut lembut dan menghela nafas. "Mereka gak datang kok, cuma terkadang ketemu gak sengaja aja. " jelasnya agar adiknya tidak salah paham.
"Ck."
Pria itu tersenyum dan terus mengusap kepalanya. Sedikit ada perubahan dari adiknya ini, yaitu penampilan, rambut, dan wajahnya yang sedikit berubah.
"Kamu banyak berubah, dek. " ucapnya lirih seperti sedang berbisik.
•••
Di tempat lain, ruangan luas yang di jadikan sebagai ruang keluarga. Terlihat dua orang wanita yang masih terlihat cantik dan sekitar empat pria yang juga masih terlihat tampan.
Mereka duduk berhadap-hadapan, dihalangi sebuah meja panjang dan bundar didepan.
"Adiwiyata masih tersisa tiga orang, tapi mereka tidak ada di kota ini, kakek. " ucap datar seorang pemuda pirang dengan pakaian seperti preman itu.
"Lalu kemana mereka, Zeran? " tanya istri kakeknya dengan tatapan penuh keheranan.
"Di negara seberang, mereka berkuliah dan memilih hidup di sana. Lagipula, si jalang itu tidak mau mengurus ketiganya. " jawab pemuda itu dengan gebrakan meja yang sedikit keras.
"Aku sudah memberikan ancaman pada wanita gila itu, tapi sepertinya mereka menanggapinya dengan santai dan tidak peduli. " ucap seorang pria yang baru saja datang dan ikut bergabung di sana.
"Bukan hanya itu, aku juga sudah mengirimkan sebuah video wanita itu di masa lalu pada suaminya, tapi sama saja. Mereka tidak peduli sama sekali. " sambungnya dan dengan saat merebut rokok di tangan adiknya dan menginjaknya sampai hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲
Teen Fiction[ERA BROMANCE AND BROTHERSHIP! NOT BL/HOMO!!] Bagaimana jadinya jika pemuda Office Boy ber-transmigrasi kedalam novel dan menempati raga seorang remaja SMA yang berperan sebagai antagonis? ••• 📍Cerita hasil otak yang gabut mikir. 📍No plagiat! 📍...