CHAPTER 22 - ???

2.3K 181 10
                                    

Typo bertebaran.
HAPPY READING 🥀

Fazlan memasuki kamarnya yang sudah lama tidak di tempati karena harus bersama para lelaki yang sudah dewasa dan tidak sepantasnya berperilaku seperti bocah bodoh.

Dia sekarang ada di mansion Adiwiyata, setelah sebulan lalu bertemu Rainer, bos mafia yang terkenal kejam itu dan menyelesaikan sedikit masalah Fazlan 'asli' , dia kembali. Malas sebenarnya, tapi ya udahlah.

Fazlan menatap kamar itu sebentar lalu mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah. Entahlah, dia rasa akhir-akhir ini tenaganya sedikit terkuras. Apalagi dia yang harus berpindah-pindah tempat, ke rumah Egan, Cavan dan Arin. Kalau tidak dituruti mereka akan mencak-mencak, nangis + tantrum gak jelas. Kalau Cavan, pemuda itu masih bisa diajak kompromi. Tapi tidak dengan ketiga laki-laki itu.

Ah iya, sekolah. Entah bagaimana dengan kegiatan sekolahnya, lagipula sudah beberapa minggu mungkin sampai beberapa bulan tidak masuk sekolah? Sudahlah, Fazlan malas memikirkan nya.

Fazlan langsung tertidur, sungguh dia sangat lelah. Mengurus ini dan menuruti kemauan mereka yang jelas membuat Fazlan bingung, frustasi dan kesal.

Dia pindah raga ini sebenarnya mau apa? Mau mengurus para pria yang otaknya geser ke lutut? Atau menghancurkan dan menyelesaikan masalah Fazlan 'asli' yang datang tiba-tiba?

Ya, beberapa hari lalu Fazlan mendapat pesan dari nomor asing. Isi pesannya :

"Gue gak terima dengan apa yang lo lakuin ke gue beberapa tahun lalu, Nata! Tunggu tanggal kematian lo, karena lo bakal gue bunuh secepatnya. Lo harus ngerasain apa yang gue rasain selama ini. GUE BENCI SAMA LO SEMUA, BLACK SARGIO!!" 

Fazlan menghela nafas kasar, mungkin dia akan mencari tau sendiri masalah Fazlan 'asli' dan apa hubungan nya dengan Black Sargio.

"Tunggu tanggal mainnya, tuan muda Gyanendra tidak takut dengan ancaman mu. Bukan raga ini yang mati, tapi kaulah yang mati. "Gumamnya hingga perlahan matanya terpejam, diganti dengan suara dengkuran halus yang menyelimuti keheningan di kamar itu.

"Mungkin jika memang itu adalah akhir, maka kami berdua dengan senang hati menyerahkan diri pada orang tidak jelas seperti mu. " lanjut Arlan.

Malam harinya, tepat pada pukul 19.21 malam bertepatan dengan waktunya makan malam Fazlan terbangun dari tidurnya. Berdiam sejenak untuk sekedar mengumpulkan nyawanya yang berpisah-pisah.

Pemuda itu lekas mandi dan berniat untuk makan malam, jika Bagas tidak mengizinkan nya untuk makan malam bersama, maka driver lah solusinya.

"Mbak... " panggil Fazlan pada Siska yang sedang menaruh makanan di atas meja.

Siska menoleh dan tersenyum menatap Fazlan, segera wanita cantik itu mendekat. "Mau apa? " tanya Siska langsung.

Fazlan melirik sinis keluarga Bagas, ternyata tidak hanya mereka tapi keluarga besar Adiwiyata pun ada. Entah kapan mereka datang, Fazlan tidak tau.

"Saya lapar, ada makanan lebih tidak? " jawab Fazlan.

Siska mengangguk, wanita itu menarik Fazlan untuk ke dapur. Fazlan mengikut saja. Sedangkan yang lain, mereka menatap Fazlan dengan pandangan yang berbeda-beda.

Tidak terkecuali untuk, Andika, Laila (istri Andika), Alman, Stevan, Melly, Hellena, Khazar dan Alden.  Ketujuh orang itu hanya diam saja, walaupun mereka sebenarnya tidak suka jika Siska, yang jelas-jelas hanya pembantu di mansion ini berani menyentuh Fazlan.

𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang