[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA]
Dia berbeda. Oberon Envinesta menyadarinya sejak fakta mengenai Althea Dwiakari pertama kali diketahuinya.
Konflik di masa lalu harus menjadikan Althea penanggung jawab yang menghadapi sebab atas semuanya.
Baga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bagian 38: SEBAGAI YANG TERAKHIR?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TELINGA, kaki dan keberadaan Morlan seakan telah ditakdirkan untuk bertemu dengan si pembuat resah isi kepala.
Pergerakan kaki dan tangan Morlan lebih cepat dari angin yang berderu menerbangkan daun di atas tanah.
Emosi Morlan yang tebalnya setara ketebalan isi dompetnya berhasil disulut karena sebuah nama disebutkan secara tidak hormat.
Situasi di koridor tengah mendadak berubah menjadi tidak kondusif lagi. Tiga orang yang sebelumnya berkumpul saling berbicara sontak berhamburan karena salah satunya mendapatkan pukulan.
Moses, Inizian dan Topan hanya berdiri menyaksikan dalam diam. Ketiganya sepakat jika Morlan berhak memberikan pukulannya.
"Jaga mulut lo!" kecam Morlan seraya mengeratkan pegangannya pada kerah baju si lelaki pembual.
"Jangan sekalipun lo pernah sebut nama cewek gue lagi!"
Ketiganya seketika lari terbirit setelah mendapatkan kebebasan beberapa detik dari Morlan.
"Zi, cari tahu apapun tentang orang itu," ucap Morlan rupanya belum selesai hanya dengan pukulan saja.
Moses menghela napas, begitulah jika Morlan sudah diusik. Beruntungnya orang-orang itu, bahwa tidak Oberon bersama mereka saat kejadian barusan berlangsung, karena bisa dipastikan ketiga lelaki bercerita tadi tidak akan bisa menggunakan kakinya lagi.
"Dasar Babian, Babian," decak Topan menggelengkan kepalanya prihatin. Tentu saja merasa demikian, siapapun yang berurusan dengan Morlan tidak akan selesai dengan hanya satu penyelesaian saja.
Apalagi sepertinya, kemarahan Morlan saat ini bukan kemarahan biasa. Morlan sampai mengetatkan rahang dengan wajah yang memerah.
■□■□
MEMANG benar kan, bahwasanya Oberon beberapa waktu saja tidak melihat keberadaan Althea, maka ia akan merasa gelisah dan khawatir.
Langkah kaki Oberon kembali terlihat dibawanya melewati koridor bawah sekolah.