Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓
*Maaf kalo ada typo*
Jalanan cukup macet sore ini, Ken tetap sabar menyusuri jalanan yang padat, padahal jalan sebelahnya sedikit lengah.
Pikirannya sedikit mengingat Airin, mungkin dia juga sudah pulang. Namun, seperti ada ikatan batin, ponselnya mendendangkan lagu kesukaannya.
"Hey, sudah pulang? Diantar Chandra?" Tanya Ken.
Namun tak ada jawaban.
"Airin?" Tanya Ken heran, tak Ada jawaban apapun selain... Nafas yang terdengar memburu dan tidak biasa, dari dua orang. "Airin."
Dia terus mengulang memanggil nama itu, tapi kini berganti suara rintihan dan isakan serta permohonan. Ken melebarkan matanya, menekan klakson dengan membabi buta, agar segera bisa memutar arah.
Akhirnya mobilnya bisa lolos dari kemacetan, memutar dengan cepat tak peduli hampir bertabrakan dengan motor. Dia terus menginjak gas dengan cepat.
Chandra sendiri masih di parkiran, mobilnya tiba-tiba mogok. Namun, dia tak kembali ke atas, sibuk mencoba memperbaikinya dengan security di parkiran.
Di sebuah ruangan, Airin melepaskan ponsel yang mati-matian ia tekan sejak tadi. Namun sia-sia, saat dirinya berusaha menghubungi siapa saja yang bisa menolongnya, justru lelaki mabuk itu berhasil menguasainya. Menghancurkan pondasi yang selalu dia jaga, merobek hatinya yang tengah jatuh cinta, dan menghancurkan impiannya bersama Chandra.
Sia-sia, dia memohon dan mendorong, tapi tak ada kekuatan untuk melawan lagi. Tenaga lawannya seperti ribuan kali dirinya.
"Tuan, jangan!" Kalimat itu berulang kali dia ucapkan sejak awal. Namun tidak berguna sama sekali.
"Kamu milikku, Airin...Kamu milikku."
Hanya kalimat itu yang dia dengar. Entah apa maksudnya dan sungguh itu menyakitkan.
"Kamu milikku... Kamu milikku... Airin."
Lelaki itu mabuk, tapi sadar dengan nama yang disebutkan. Artinya tidak sedang membayangkan orang lain ataupun sedang mengira orang lain. Sungguh-sungguh menyadari siapa korbannya.
Sementara itu, Ken memukul stir berulang kali. Dia pun memasuki gedung perkantoran dengan terburu-buru. Memarkir sembarangan di tempat, lalu berlari secepat kilat tanpa peduli pada Chandra yang memanggilnya.
"Ada apa dia?" Gumam Chandra dan fokus pada mobilnya saja.
Ken terus berlari di lorong setelah keluar lift. Dia pun mendorong pintu ruangan Jin dengan cepat. Namun, ia memalingkan pandangannya sambil rubuh.
Airin menoleh ke arah sahabatnya. Tangannya gemetar menurunkan pakaiannya.
"Sorry," ucap Ken bangkit dan memakaikan jasnya pada Airin, lalu menoleh pada pria yang tertidur tak jauh dari sahabatnya. "Seharusnya aku sudah menduga ini pasti terjadi. Aku terlambat menyadari."
Airin tetap membisu, dia masih shock dengan apa yang terjadi. Antara menganggap ini adalah mimpi buruk, tapi nyata rasa sakitnya dan Ken Tengah memeluknya sekarang. Namun, dia lebih memikirkan kata-kata Jin, bahwa dia adalah milik tuannya itu.
Di bawah, mobil Chandra akhirnya bisa dihidupkan. Dia pun pergi dengan mobilnya tanpa rasa curiga apapun, meskipun sejak tadi dia cemas tidak terkira. Sementara itu, Ken membawa Airin keluar dan memasuki mobilnya.
"Katakan ini mimpi." Gumam Airin dengan suara terputus-putus.
"Maafkan aku terlambat datang..." Ken menyentuh pundak sahabatnya.