3

222 28 5
                                    

*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*

Waktu begitu cepat berlalu. Hari penantian bagi Karina tiba. Airin sangat cantik menggunakan kebaya senada dengan orang tua Dimas, berdiri menemani Karina sebagai ibu dan John sebagai ayahnya. Rasa haru membuat Airin tak mampu membendung air matanya saat adiknya itu resmi menjadi seorang istri.

Karina pun menangis sambil memeluk kakaknya saat sungkeman selepas janji suci pernikahan.

"So much drama." Ujar Jin yang hadir dari kursi tamu VIP bersama Ken. Dia hadir sendiri tanpa keluarganya, jangankan ibunya, istrinya saja tidak mau ikut.

"Semua menangis dengan alasan agar tersenyum bahagia, faktanya pernikahan memang tak seindah yang mereka bayangkan." Jin terus saja berceloteh, membuat Ken menyunggingkan senyuman.

"Tidak semua pernikahan itu buruk, Tuan. Tergantung bagaimana yang menjalaninya."

"Ya, hanya aku yang buruk. Hanya aku."

"Tuan, percayalah... Suatu hari nanti anda pun akan menemukan cinta yang tulus dan suci. Aku selalu yakin itu, karena melihat cinta itu di mata anda." Ucap Ken sambil tersenyum.

"Kamu pasti salah sangka."

"Semoga saja, meskipun feeling ku kuat sekali, bahwa ada yang memendam cinta. Hanya saja belum menyebutnya dan memintanya dalam doa." Ujar Ken dengan menatap Airin yang cantik sekali. "Dia memang sangat cantik dan penuh keteguhan. Calon ibu yang luar biasa."

Jin menoleh pada Ken, lalu mengukur mata asistennya itu dan ternyata tatapan itu fokus pada Airin yang Tengah menerima ucapan selamat dari banyak orang.

Airin menoleh Dan tersenyum. Dengan kebaya berwarna biru langit Dia mendekati Ken dan Jin.

"Terima kasih sudah datang, Tuan. Ini acara sederhana, Aku khawatir anda tidak menikmati tempat seperti ini." Katanya dengan senyuman, sedangkan Jin menatap wajahnya hampir tak berkedip.

Ken tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala.

"Aku tunggu undangan pernikahan kalian." Ucap Ken seperti biasa.

"Mulai lagi." Kekeh Airin.

"Aku senang kamu tersenyum. Jika ini hari bahagia, jangan menangis. Jika menikah hanya menimbulkan air mata, aku berpesan jangan pernah menikah." Jin memulai lagi teori kegagalan hidupnya. "Aku bosan melihat tangisan di pernikahan. Tertawalah, agar adikmu bahagia."

Airin pun mengangguk Dan tersenyum. "Terima kasih, Tuan. Saya izin kembali ke pelaminan."

"Ya, aku akan menikmati udara di samping gedung ini. Maaf tidak menemui pengantin, aku tidak mengenal mereka." Ucap Jin membuat Ken tertawa dan Airin pasrah dengan tindakan uniknya.

Acara telah usai. Sepanjang acara Airin tetap tersenyum, termasuk saat mengantar adiknya ke mobil pengantin yang akan membawanya ke hotel tempatnya bulan madu.

Setelah itu, tatapannya kosong. Dia pun melangkah ke taman samping, duduk dengan segala duka yang kini hadir, tak lagi bisa tersenyum seperti tadi.

"Are you okay?" Sapa Ken sambil duduk di kursi yang sama dengan Airin.

"Ya, aku sudah terbiasa kehilangan."

"Jangan bicara begitu. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Hati-hati kata bisa menjadi doa." Ken menarik Airin ke pundaknya dan membiarkannya menangis di sana.

"Andai kamu menikah?" Airin tersenyum dan terisak.

"Dengar, Airin. Aku adalah peri yang dikirim Tuhan untuk menjagamu."

Cinta Yang Dititipkan (Jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang