*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*
Lima tahun berlalu, sedikit luka telah kering dan hidup terus berjalan dengan perputaran rodanya. Seokjin tetap fokus pada pekerjaannya, pada bisnisnya, harta yang telah dia wariskan pada putra tunggalnya, Prince Grisham.
Dan Ken, tetap menjadi asisten yang setia, yang selalu ada dalam suka dan duka tuannya. Pun yang selalu mencoba menyembuhkan cinta terlarangnya.
Sementara itu, Airin dengan putra semata wayangnya, hidup dalam kesederhanaan. Bermodalkan bisnis kedai yang ia rintis bersama adiknya, Airin menghidupi Prince dengan limpahan kasih sayang. Mereka tinggal di kota yang jauh dari kota Jakarta. Airin merangkai kembali hidup dengan caranya.
John, masih bekerja di Jakarta dan tanpa sepengetahuan kakaknya, ia menjadi asisten Seokjin Grisham. Dari John lah Seokjin bisa melihat perkembangan tanpa melanggar sumpahnya, untuk tidak mencampuri kehidupan Airin lagi.
Seokjin bisa melihat foto-foto darah dagingnya tanpa harus menguntitnya, karena John selalu dikirim foto keponakannya itu.
Itulah yang menjadi sumber kekuatannya selama ini. Jika tidak, maka ia mungkin tidak akan pernah memiliki selera untuk makan, untuk tersenyum dan melanjutkan hidup. Atas bujukan Ken pula, John bersedia melakukan itu, dan atas rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap keponakannya di masa depan, John bersedia dengan saran Ken.
*****
Hari ini ulang tahun Prince Grisham kelima. Dengan sebuah kue buatan mamanya, ia tampak bahagia menerima kado-kado sederhana dari temannya. Wajahnya cerah, dan tampan seperti papanya.
"Mana kado paling kamu suka?" Tanya Karina.
"Aku suka semua." Jawab Prince bijak.
"Paman John belum mengirimku kado?" Tanya Prince tampak tidak bahagia.
Ya, John biasa memberikan kado istimewa untuk keponakannya itu. Tapi lebih tepatnya itu adalah hadiah dari papanya Prince.
"Ma, Mama belum memberikan aku hadiah." Ucap Prince.
"Apa belum cukup kue dan semua kasih sayang mama padamu." Jawab Airin menggoda anaknya.
Prince terdiam dan menatap bola sepak di lemari, "Aku ingin bermain bola bersama papaku, seperti teman-temanku. Mereka bilang Prince anak haram, tidak punya papa. Mama princess wanita nakal... Mereka bicara jahat sekali." Celoteh Prince dengan polos.
"Siapa yang bilang? Biar kuhajar mereka." Ucap Karina emosi.
Prince hanya menggeleng, menutupi kejahatan teman-temannya, yang mungkin terdengar gunjingan orang dewasa tentang mamanya.
"Kenapa harus marah jika itu benar tante?" Tanya Prince polos.
Airin menarik nafas dalam, memandang putranya yang polos dan tidak mengerti derita masa lalunya.
"Kamu punya papa." Ucap Airin spontan.
Prince mengerutkan kedua alisnya.
"Dia... Dia jauh di sana. Kamu akan paham saat kamu dewasa nanti. Kamu akan bertemu dengannya nanti." Ucap Airin kelu.
"Tapi teman-temanku akan bilang Prince pembohong. Karena mereka tidak melihat papaku seperti apa. Sampai besar nanti aku harus mendengar ejekan mereka," balas Prince. Ia sangat cerdas untuk anak seusianya.
Airin menarik nafas dalam dan memandang Karina yang juga bingung.
"Tapi aku tahu, Mama orang yang baik. Maafkan Aku." Prince menghambur dan memeluk Airin, seolah tahu ibunya Tengah gundah gulana.