*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*
Semakin hari semakin besar kehamilan Airin. Semakin mendekati melahirkan. Seokjin semakin cemas, tapi dia masih tidak mau mengganggu penciuman Airin. Dia masih berpikir itu bawaan hamil. Jadi biarlah dia sabar dan mengikuti keinginan istrinya. Meski dia tidak tahu, Airin mulai merindukan digoda dan dicumbu juga.
Mereka baru saja pulang dari rumah sakit untuk pemeriksaan terakhir. Prediksi melahirkan satu minggu lagi.
"Kamu ingin aku di luar atau di dalam saat nanti melahirkan?" Tanya Seokjin ketika di perjalanan.
"Kenapa?"
"Tidak apa. Hanya ingin memenuhi semua keinginanmu, Sayang. Aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman." Jawab Seokjin mengelus-ngelus rambut istrinya berulang-ulang.
Airin diam beberapa saat sampai akhirnya mulai buka suara. "Bukannya sudah beberapa hari ini kamu mengabaikanku. Ah tidak, sejak kandunganku sekitar lima bulan. Empat bulan lalu," ucapnya menghitung dengan benar.
Seokjin tersenyum. "Aku tidak mau kamu terganggu dengan bau ku." Jawab Seokjin.
"Kupikir karena aku tidak menarik lagi." Balas Airin terdengar menyebalkan. Airin melenggang turun dari mobil, lalu masuk ke kamar.
Seokjin tersenyum, ia sudah paham kondisi mood tidak menentu yang dialami istrinya. Sebenarnya Airin bukan tipe yang suka menyakiti hati siapapun, tapi siapa sangka di kehamilan ini menjadi garang dan pedas sekali kata-katanya.
"Kamu selalu menarik bagiku, sayangg. Kamu tidak harus memiliki tubuh sempurna seperti Miss universe atau Miss world. Gesturmu, bahasa tubuhmu, auramu, semuanya telah memenjarakanku." Seokjin menjawab sambil membuka jas dan kemeja kerjanya.
"jadi... Aku sekarang harus bagaimana, Nyonya Grisham? Untuk meyakinkan itu semua." Seokjin berlutut di depan Airin yang tengah duduk di pinggir ranjang.
"Biasa saja," jawab Airin judes, seolah tidak terpengaruh. Padahal dia senang mendengar setiap ucapan bahkan kata demi kata dari suaminya.
"Lihat! Kamu makin seksi jika marah." Goda Seokjin.
"Basi."
"Sungguh. Dulu aku sering melihatmu marah pada Ken. Di situ aku langsung menegang," bisik Seokjin di telinga Airin membuat Airin merinding dan meringis...senang.
Tidak terasa sedikit senyuman ia sembunyikan. Airin berdiri berjalan meninggalkan Seokjin, tidak mau melihat suaminya. Takut makin tidak bisa marah lagi.
Seokjin tersenyum puas, ia pun sengaja dan iseng membuat sebuah kejutan untuk istrinya. Bertingkah ala Superman.
"Lihat aku!" Titah Seokjin Pelan.
"Hmm.." Airin menoleh dan melotot, "Seokjin?" Airin mengerjap-ngerjapkan mata, dan itu malam membuat Seokjin gemas padanya.
Seokjin berjalan mendekat ke arah Airin.
"Sudah, jangan sok jual mahal." Seokjin meniupkan udara ke wajah Airin yang langsung menahan hembusan penuh pancingan itu.
Airin mendorong dada Seokjin agar menjauh.
"Mau atau tidak?" Tekan Seokjin memandang istrinya yang galau.
"Pergi sana!" Ucap Airin sambil menarik leher Seokjin dan keduanya larut dalam rindu yang tersampaikan.
*****
Seokjin masih memeluk Airin dengan rasa rindu, seolah telah berpisah sangat lama. Padahal setiap hari mereka bertemu, hanya jarang bicara apalagi sedekat dan sepanas tadi. Seokjin mengelus perut Airin yang terlihat bergumam.