12

123 28 5
                                    


Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓

*Maaf kalo ada typo*


Selamat membaca 💙

Jin terhenyat dan menoleh ke arah Ken yang datang dengan panik.

"Chandra sudah ditemukan, dia kritis." Ucap Ken membuat Jin panik dan langsung mengikuti langkah dan menuju rumah sakit.

Kondisi Chandra memang sangat memprihatinkan saat ditemukan. Dia sempat membuka pintu mobil hingga terbawa arus, sedangkan Airin tertahan di dalam mobil dan diselamatkan dengan cepat.

Jin dan ibunya masuk ruangan itu, tampak Chandra dengan balutan perban di beberapa bagian tubuhnya. Jin meraih tangan adiknya dan menggenggam penuh kasih sayang, sedangkan ibunya mengelus wajah Chandra dengan linangan air mata.

"Maafkan Ibu nak," ucap ibunya sambil terisak.

Perlahan... Chandra membuka matanya, dia bisa melihat kakak dan ibunya. Chandra menatap Jin yang tersenyum dengan air mata mengenang di pelupuknya.

"Sembuhlah, putramu sudah lahir. Dia seorang pangeran. Selamat!" Bisik Jin tersenyum dengan mata yang basah, dia menyebut anak itu sebagai anak Chandra.

Bibir Chandra bergerak seperti tersenyum dan matanya berkaca-kaca.

"Maafkan Aku. Aku sangat menyayangimu... Adikku." Jin mengecup kening Chandra dengan tulus.

Bibir Chandra bergetar, tampak ingin bicara tapi dokter mengingatkannya untuk tak terlalu membuang tenaganya. Dokter pun meminta Jin dan ibunya meninggalkan Chandra supaya beristirahat.

Jin dan ibunya membalikkan badan, tapi tangan Chandra masih memegang erat tangan kakaknya. Dia bahkan menggeleng perlahan, seolah tak ingin ditinggalkan.

"Ada apa? Oh aku lupa. Istrimu? Airin baik-baik saja. Jadi segeralah sembuh. Kamu harus merawat mereka." Ucap Jin sambil tersenyum.

"Ja...jag..hhh..." Suara Chandra hampir tak terdengar.

Jin mendekatkan wajahnya.

"Jangan ganggu kalian lagi? Pasti. Aku janji, tidak akan mengganggu kalian lagi. Jangan khawatir." Ucap Jin sambil mengelus kepala adiknya.

Chandra menggeleng dan tangannya semakin erat menggenggam tangan Jin. Matanya tampak berbinar, dan bibirnya tampak bergetar ingin bicara.

"Jangan forsir tenagamu. Aku ingin kamu sembuh." Jin tidak tahu adiknya bicara apa, dia hanya bisa melihat adiknya telah memaafkannya karena terselip senyum di bibirnya.

"D-d-di...a..."

"Aku menyayangimu Chandra... Sangat sayang." Bisik Jin memandang wajah adiknya yang terus menatapnya.

Mereka saling tersenyum, Yejin senang melihatnya. Namun kebahagiaan mereka terganggu dengan suara mesin jantung Chandra yang tiba-tiba melambat, lalu melengking dan alat itu tak lagi menunjukkan grafik detak jantung normal melainkan garis yang menjadi lurus.

"Chandra?!" Teriak Jin panik. Dia melihat Chandra tak lagi berkedip dan masih terus memandangnya.

"Tidak Chandra, jangan mengerjaiku!" Bentak Jin, Baru kali ini gemetar Dan benar-benar panik seperti tak terkendali.

Dokter langsung mencoba memacu jantung Chandra, berulang-ulang. Namun sia-sia. Dokter menggeleng menatap Jin dengan penuh penyesalan.

"Dia telah pergi." Ucap dokter.

"Tidak!" Teriak Jin masih tak percaya.

"Dokter, tekan lagi alat itu. Buat adikku bangun!" Mata Jin tampak merah penuh dengan air mata. Dadanya naik turun dan nafasnya bagai Tengah berlari, dia berulang kali mengguncang tubuh adiknya, tapi adiknya telah pergi, pergi untuk selamanya.

Cinta Yang Dititipkan (Jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang